Kamis, 02 Januari 2014

Keimanan dan Keyakinan


Bismillahirahmanirrahiim. Allahumma salli’ala Muhammad, allahumma salli’ala Muhammad, allahumma salli’ala Muhammad.

Judulnya berat, tapi insyaAllah penulisannya diupayakan untuk tidak melenceng jauh dari maksud judul tersebut di atas. Dan semoga Allah Yang Maha Menggenggam segala sesuatu, baik yang terlihat maupun tidak terlihat, membimbing jari-jemari hambaNya yang ada keinginan untuk menulis ini untuk menuliskan hal yang sesuai dengan rahmat dan ridhoNya. Amin.

Belajar dari tempat kajian yang pernah rutin maupun tidak rutin diikuti dan dari buku-buku ilmu keislaman yang dibaca, memunculkan kesimpulan bahwa keimanan dan keyakinan adalah membuncahkan di dalam hati kita akan kebesaran Allah swt. Menjiwai kalimat laa illaaha illallah, bahwa Allah Swt lah Yang Maha Besar dan Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Maka jika kita sudah mampu mengimani kebesaran Allah ini, semua hal selainNya, kecil. Sehingga apapun yang kita fikir dan lakukan kita yakin bahwa itu adalah seijin dan sekehendakNya. Yang terlihat maupun tidak terlihat. Untuk membuat sesuatu, Allah Swt tidak memerlukan pertolongan makhluk. Sedangkan kita sebagai makhluk Allah Swt akan pasti memerlukan pertolongan pada tiap hal yang akan kita lakukan. Bantuan dari Allah melalui sesama makhluk yang terlihat maupun dari yang tidak terlihat. Itu pasti.

Belajar yakin bahwa jika sakit yang menyembuhkan adalah Allah bukan dokter atau obat. Yakinkan bahwa hujan itu turun bukan karena musim tapi karena kehendak dan ijin Allah swt. Yakinkan, bahwa rizki datang itu bukan karena kita punya gaji, tapi karena sudah ketetapan Allah kita diberi asbab memiliki pekerjaan sehingga memiliki gaji. Mudah bagi Allah untuk membolak-balikkan semua nasib makhlukNya. Manusia hidup berdasarkan rizki yang ditetapkan Allah, apabila jatah rizki sudah habis maka habis pula jatah bernafas kita di dunia, alias dikubur.

Kemudian apabila kita mulai faham mengenai kebesaran Allah Swt, maka kita cek dalam diri kita, ke dalam hati kita sudah benar belum pemahanan itu terpatri. Keseharian kita sudah belum karena dan untuk Allah Swt?. Apakah shalat kita sudah karena Allah Swt, bukan hanya karena itu kewajiban, bukan juga karena malu dilihat makhluk lain tidak terlihat sholeh karena tidak shalat atau jika shalat kita tidak terlihat baik. Serta tidak lagi dalam shalat-shalat kita terganggu dengan hal-hal lain yang manari-nari dalam fikiran kita bahkan saat setelah takbir pertama? Sudah belum kita menutup aurat sebagaimana kita menutup aurat dalam shalat? Sudah belum kita tawadhu sebagaimana kita berusaha tawadhu dalam shalat, atau sudah belum kita mengagungkan Allah Swt sebagaimana kita lakukan itu dalam shalat? Atau sudah belum kita sadar sesadarnya bahwa shalat adalah waktu kita untuk menghadap Allah Swt, bahwa yang artinya Allah Swt ada dihadapan kita? Sudahkah kita merasa diperhatikanNya?

Secara keduniawian, sudahkah kita mencari rizki karena Allah? Sehingga pada saat kita sibuk bekerja kita tetap tidak lalai dengan perintah-perintahNya. Pada saat kita muamallah apapun bentuknya kita tidak bersenggolan dengan laranganNya. Sesibuk apapun kita, shalat tetap di awal waktu, shalat di masjid bagi yang laki-laki, dzikir sesudah shalat maupun saat bekerja, mengiringi kegiatan kita dengan mengingat yang diperintahkanNya dan yang dicontohkan RasulNya.

Dengan demikian, jika kita mampu menjalankan tugas kita sebagaimana sedikit penjabaran diatas, maka Allah Swt akan mematrikan sifat-sifat yang mulia pada diri kita. Sifat-sifat yang dicontohkan Rasulullah saw. Meninggikan derajat ketaqwaan kita. Kemudian memancarkan sifat itu keluar dari diri kita untuk menebar pada lingkungan sekitar dan orang-orang yang ada di sekeliling kita. Sehingga mudah berkasih-sayang dengan sesama umat maupun antar umat, menghormati yang lebih tua dan menyanyangi yang muda, serta tidak mudah terpancing emosi. Sehingga tercapailah kedamaian dan maksud bahwa Islam adalah rahmatan lil’alamiin.

Kita diwajibkan untuk belajar atau menuntut ilmu sebagaimana sabda Rasulullah saw; “Mununtut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim lelaki dan muslim wanita”. Mari kita belajar, mengutamakan belajar ilmu tentang hakekat keimanan dan keyakinan ini, sebelum ilmu-ilmu  yang lain. Bersihkan niat belajar kita karena Allah Swt, pada saat belajar mengingat bahwa Allah Swt lah yang berkehendak minitikkan ilmu yang kita pelajari itu terpatri dalam diri kita. Sehingga pada saat ilmu sudah sampai dalam diri kita, maka kitapun akan tetap ingat untuk mengamalkannya karena Allah Swt.

Demikian insyaAllah, semoga bermanfaat. Dan semoga Allah Swt menjadikan hambaNya yang masih sedikit belajar ini bagian dari hamba-hamba Allah Swt yang dimampukan untuk menuntut ilmu Allah Swt lebih luas lagi. Amin.

Wallahu a’alam bissawab.

Oh Tuhanku, Kau pimpinlah diri ini yang mendamba cintaMu
Aku lemah, aku jahil tanpa pimpinan dariMu
Kau pengasih Kau penyayang Kau pengampun
Kepada hamba-hambaMu
Selangkahku kepadaMu seribu langkah Kau padaku.
Tuhan diri ini tidak layak ke surgaMu
Tapi tidak pula aku sanggup ke nerakaMu
(Raihan)

Tidak ada komentar:

Akar Kata [Mujarad] Dalam Bahasa Arab

Umumnya atau mayoritas akar kata dalam bahasa Arab terdiri dari 3 huruf  biasanya berharakat fathah.  Akar kata bahasa Arab ini biasanya  ad...