Selasa, 22 April 2014

8 Sifat Wanita Terbaik


Daripada menuntut terus persamaan gender, mending setiap wanita berusaha memiliki 8 sifat wanita terbaik berikut ini.

1- Menutup Aurat

Wanita terbaik itu menutup auratnya. Aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan, menurut pendapat terkuat di antara pendapat para ulama.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mendekatkan jilbabnya  ke seluruh tubuh mereka“. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab: 59).
Jilbab bukanlah penutup wajah, namun jilbab adalah kain yang dipakai oleh wanita setelah memakai khimar. Sedangkan khimar adalah penutup kepala.
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur: 31).

2- Berbusana dengan Memenuhi Syarat Pakaian yang Syar’i

Wanita yang menjadi idaman sepatutnya memenuhi beberapa kriteria berbusana berikut ini yang kami sarikan dari berbagai dalil Al Qur’an dan As Sunnah.
Syarat pertama: Menutupi seluruh tubuh (termasuk kaki) kecuali wajah dan telapak tangan.
Syarat kedua: Bukan memakai pakaian untuk berhias diri.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu ber-tabarruj seperti orang-orang jahiliyyah pertama.” (QS. Al Ahzab : 33).
Abu ‘Ubaidah mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan kecantikan dirinya.” Az Zujaj mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan perhiasaan dan setiap hal yang dapat mendorong syahwat (godaan) bagi kaum pria.”
Syarat ketiga: Longgar, tidak ketat dan tidak tipis sehingga tidak menggambarkan bentuk lekuk tubuh.
Syarat keempat:  Tidak diberi wewangian atau parfum. Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ
Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 323 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Syarat kelima: Tidak menyerupai pakaian pria atau pakaian non muslim.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,
لَعَنَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْمُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَالِ ، وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ
Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria.” (HR. Bukhari no. 6834)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”.(HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)
Inilah di antara beberapa syarat pakaian wanita yang harus dipenuhi. Inilah wanita yang pantas dijadikan kriteria.

3- Betah Tinggal di Rumah

Di antara yang diteladankan oleh para wanita salaf yang shalihah adalah betah berada di rumah dan bersungguh-sungguh menghindari laki-laki serta tidak keluar rumah kecuali ada kebutuhan yang mendesak. Hal ini dengan tujuan untuk menyelamatkan masyarakat dari godaan wanita yang merupakan godaan terbesar bagi laki-laki.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).
Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Hendaklah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian keluar rumah kecuali karena ada kebutuhan”.
Disebutkan bahwa ada orang yang bertanya kepada Saudah -istri Rasulullah-, “Mengapa engkau tidak berhaji dan berumrah sebagaimana yang dilakukan oleh saudari-saudarimu (yaitu para istri Nabi yang lain, pent)?” Jawaban beliau, “Aku sudah pernah berhaji dan berumrah, sedangkan Allah memerintahkan aku untuk tinggal di dalam rumah”. Perawi mengatakan, “Demi Allah, beliau tidak pernah keluar dari pintu rumahnya kecuali ketika jenazahnya dikeluarkan untuk dimakamkan”. Sungguh moga Allah ridha kepadanya.
Ibnul ‘Arabi bercerita, “Aku sudah pernah memasuki lebih dari seribu perkampungan namun aku tidak menjumpai perempuan yang lebih terhormat dan terjaga melebihi perempuan di daerah Napolis, Palestina, tempat Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api. Selama aku tinggal di sana aku tidak pernah melihat perempuan di jalan saat siang hari kecuali pada hari Jumat. Pada hari itu para perempuan pergi ke masjid untuk ikut shalat Jumat sampai masjid penuh dengan para perempuan. Begitu shalat Jumat berakhir mereka segera pulang ke rumah mereka masing-masing dan aku tidak melihat satupun perempuan hingga hari Jumat berikutnya”.
Dari Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْمَرْأَةَ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ فَتَقُولُ: مَا رَآنِي أَحَدٌ إِلا أَعْجَبْتُهُ، وَأَقْرَبُ مَا تَكُونُ إِلَى اللَّهِ إِذَا كَانَتْ فِي قَعْرِ بَيْتِهَا”
Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”. (HR Ibnu Khuzaimah no. 1685. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak halal bagi seorang istri keluar dari rumah kecuali dengan izin suaminya.” Beliau juga berkata, “Bila si istri keluar rumah suami tanpa izinnya berarti ia telah berbuat nusyuz (pembangkangan), bermaksiat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta pantas mendapatkan siksa.” (Majmu’ Al-Fatawa, 32: 281)

4- Memiliki Sifat Malu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ
Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari no. 6117 dan Muslim no. 37, dari ‘Imron bin Hushain.)
Kriteria ini juga semestinya ada pada setiap wanita. Contohnya adalah ketika bergaul dengan pria. Wanita yang baik seharusnya memiliki sifat malu yang sangat. Cobalah perhatikan contoh yang bagus dari wanita di zaman Nabi Musa ‘alaihis salam. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (23) فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ (24)
Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”. Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya.” (QS. Qashash: 23-24). Lihatlah bagaimana bagusnya sifat kedua wanita ini, mereka malu berdesak-desakan dengan kaum lelaki untuk meminumkan ternaknya. Namun coba bayangkan dengan wanita di zaman sekarang ini!
Tidak cukup sampai di situ kebagusan akhlaq kedua wanita tersebut. Lihatlah bagaimana sifat mereka tatkala datang untuk memanggil Musa ‘alaihis salaam; Allah melanjutkan firman-Nya,
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata, ‘Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.‘” (QS. Al Qashash : 25)
Ayat yang mulia ini,menjelaskan bagaimana seharusnya kaum wanita berakhlaq dan bersifat malu. Allah menyifati gadis wanita yang mulia ini dengan cara jalannya yang penuh dengan rasa malu dan terhormat.
Amirul Mukminin Umar bin Khoththob rodiyallohu ‘anhu mengatakan, “Gadis itu menemui Musa ‘alaihis salaam dengan pakaian yang tertutup rapat, menutupi wajahnya.” Sanad riwayat ini shahih.

5- Taat dan Menyenangkan Hati Suami

Istri yang taat pada suami, senang dipandang dan tidak membangkang yang membuat suami benci, itulah sebaik-baik wanita. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Begitu pula tempat seorang wanita di surga ataukah di neraka dilihat dari sikapnya terhadap suaminya, apakah ia taat ataukah durhaka.
Al Hushoin bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya,
أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟ قَالَتْ: مَا آلُوْهُ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ. قَالَ: فَانْظُرِيْ أينَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)

6- Menjaga Kehormatan, Anak dan Harta Suami

Allah Ta’ala berfirman,
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada” (QS. An Nisa’: 34).
Ath Thobari mengatakan dalam kitab tafsirnya (6: 692), “Wanita tersebut menjaga dirinya ketika tidak ada suaminya, juga ia menjaga kemaluan dan harta suami. Di samping itu, ia wajib menjaga hak Allah dan hak selain itu.”

7- Bersyukur dengan Pemberian Suami

Seorang istri harus pandai-pandai berterima kasih kepada suaminya atas semua yang telah diberikan suaminya kepadanya. Bila tidak, si istri akan berhadapan dengan ancaman neraka Allah Ta’ala.
Seselesainya dari shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepada beliau ketika shalat,
وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَََحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907). Lihatlah bagaimana kekufuran si wanita cuma karena melihat kekurangan suami sekali saja, padahal banyak kebaikan lainnya yang diberi. Hujan setahun seakan-akan terhapus dengan kemarau sehari.

8- Berdandan dan Berhias Diri Hanya Spesial untuk Suami

Sebagian istri saat ini di hadapan suami bergaya seperti tentara, berbau arang (alias: dapur) dan jarang mau berhias diri. Namun ketika keluar rumah, ia keluar bagai bidadari. Ini sungguh terbalik. Seharusnya di dalam rumah, ia berusaha menyenangkan suami. Demikianlah yang dinamakan sebaik-baik wanita.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Semoga bermanfaat bagi setiap wanita. Moga Allah memberi taufik untuk mengamalkannya.

Disusun di Panggang, Gunungkidul, 21 Jumadats Tsaniyyah 1435 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id

Selasa, 01 April 2014

Bahagianya Dekat Ulama Besar

Siapa tak kenal ulama besar Yusuf Qardhawi? Ulama Timur Tengah terkemuka saat ini yang tulisan dan buku-bukunya banyak dibaca umat Islam hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kenal dan bahkan bisa berdekatan dengan ulama besar seperti dia, tentu sebuah kebahagiaan tiada tara. Arsil Ibrahim MA, Kepala SMA International Islamic Boarding School (IIBS), Cikarang, Jawa Barat, memiliki hubungan istimewa dengan ulama kenamaan tersebut. Bukan sekadar menerjemahkan tulisan dan buku-buku Yusuf Qardhawi, Arsil pun sempat beberapa lama melayani ulama kharismatik ini ketika berkunjung ke Malaysia selama beberapa tahun. ”Yang menarik, meskipun dikenal sebagai ulama besar, tapi justru dia lebih tahu kehidupan modern ketimbang saya,” papar Arsil kepada Republika belum lama ini. 

Suatu kali, Yusuf Qardhawi meminta Arsil menghidupkan lampu di kamar hotel bintang lima tempat ia menginap di Kuala Lumpur. Arsil bersusah payah mencari sakelar, namun tak menemukannya. Melihat itu, Yusuf Qardhawi tiba-tiba bertepuk tangan dan byar, lampu pun menyala. Sambil menebar senyum Qardhawi berkata, ”Hakaza nata’allamu minal hayati (beginilah kita belajar dari kehidupan, red),” ujar Arsil menirukan kata-kata Qardhawi. 

Bagaimana awal mula pria kelahiran Jambi 20 Oktober 1967 ini berkenalan dengan Qardhawi? Arsil mengatakan itu berawal ketika ia belajar di Internasional Islamic University of Islamabad, Pakistan. ”Kami banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh besar, seperti Dr Abdullah Azzam dan Dr Yusuf Qardhawi,” tuturnya. ”Qardhawi sering mengisi training di Islamabad dan saya sering ikut training itu. Bahkan Hasan Thurobi dari Sudan, turut datang melatih dan menyiapkan kader-kader yang hebat,” ujar putra pasangan H Azra Ibrahim dan Khaerunnisa.

Ketika itu, papar Arsil, Pakistan menjadi sebuah kancah politik internasional. Perjuangan Islam sangat terasa kental. Tokoh-tokoh dari seluruh dunia datang ke sana bukan hanya untuk membantu perjuangan, tapi juga untuk menimba sesuatu dari pejuangan itu bagi dirinya sendiri. ”Saya senang sekali hidup di sana dan warna baru dalam kehidupan saya mulai terasa. Yusuf Qardhawi adalah idola saya dari dulu,” tandas alumnus Pesantren Darunnajah tahun 1986. 

Kedekatan Arsil dengan Qardhawi kian terasa ketika ia bekerja di sebuah penerbitan di Malaysia yang menerjemahkan buku-buku Yusuf Qardhawi. Terlebih, Arsil sering berkomunikasi dengan Qardhawi sewaktu ulama itu berkunjung ke Malaysia. ”Ada sembilan karya terbesar Qardhawi dan lima karya Syekh Muhammad Al-Ghazali yang saya terjemahkan selama tiga tahun bekerja di Malaysia.” Ia pun mengaku meluangkan waktu delapan jam dalam sehari untuk menerjemahkan buku-buku Qardhawi tersebut. 

Bagaimana Arsil bisa menikmati pekerjaan itu? Bagi Arsil menerjemahkan buku-buku Yusuf Qardhawi diibaratkan sama enaknya dengan makan kacang goreng. Mengingat bahasanya yang indah, pengetahuan penulisnya yang padat, dan wawasannya yang luas sekali. ”Setiap ayat, setiap kalimat merupakan masukan baru. Tidak ada yang merupakan ilmu lama. Saya merasakan kemantapan ilmu saya ketika banyak menerjemahkan buku Yusuf Qardhawi,” paparnya. ”Waktu saya kenal Qardhawi, beliau berumur 73 tahun, sekarang sekitar 83 tahun lebih.” 

Di mata kawan-kawan dan pembacanya, membaca buku terjemahan Arsil dinilainya sama seperti membaca karya aslinya. Antara satu judul dengan judul yang lain tetap nyambung, sinergi, dan relevan. Boleh jadi, kata Arsil, ini karena diterjemahkan oleh satu orang. Bukan seperti satu buku yang diterjemahkan oleh lima sampai enam orang, sehinga kadang-kadang antara satu judul dengan judul lain tak nyambung bahasanya. ”Terlebih jika penerjemahnya tidak menikmati sehingga yang membacanya pun tak dapat menikmati,” urai Arsil yang mengetahui keluasan ilmu dan kemoderatan Qardhawi dari karya-karya dan perilakunya.

Keberhasilan Arsil menerjemahkan karya-karya ulama besar itu agaknya cukup membuat bangga. Pasalnya, berkat buku-buku terjemahan itu ia mengaku bisa berkenalan dengan Datuk Anwar Ibrahim, orang kedua di Malaysia kala itu. Dari perkenalan itulah Anwar bersedia memberi izin tinggal bagi Arsil dan keluarga, meski kesempatan itu sudah ditutup. ”Sangat sulit bagi siapa pun untuk mendapatkannya. Tapi, karena yang memberi Anwar Ibrahim, saya pun bisa meraihnya. Hanya dalam waktu dua minggu izin tinggal saya pun keluar, itu terjadi tahun 1997. Izin tinggal itu untuk selama-lamanya, tanpa visa, tanpa surat kerja, dan pasport,” kata Arsil mengisahkan.

http://www.republika.co.id/

Sweet Memory: The True Sweet Story _ Family Gathering PTJ-MI



Sekitar bulan Januari atau Pebruari, saya tidak ingat pastinya, rekan senior di PTJ menginformasikan ke saya bahwa PTJ akan mengadakaan Piknik. Sebuah informasi yang menggembirakan bagi keluarga PTJ. Karena sudah 12 tahun –menurut yang sudah bekerja melebihi masa itu- PTJ tidak mengadakan piknik lagi. Untuk saya, 12 tahun adalah masa kerja saya lebih 10 bulan. Artinya piknik yang akan saya ikuti itu adalah yang pertama selama saya bekerja.

Rekan senior yang menginformasikan tentang piknik itu, yang ahli sekali meng-arrange piknik, yang luar biasa mahir memanage pemesanan tiket maupun hotel untuk dewan direksi sampai teman tehnik, sambil menginformasikan itu, beliau bilang “nanti kamu jadi panitianya ya?”
Oh tentu, saya senang sekali dengan ajakan itu, saya sedang dapat melakukan sesuatu untuk semua anggota keluarga PTJ-MI, saya senang bisa melayani orang lain.

Di kepanitiaan piknik ini diketuai oleh Ibu Nenden Afsianti –sang rekan senior- dan diwakili oleh Kristiawan, dengan anggota panitianya Agung Sutopo, Acep Suganda, Neny Setyaningsih, Anne Situmorang, Lilis Kurnia Wati, Kresentia K. Fungsin, Djoko S. Pamudji, Aliasar, Sigit Sutrisno, Andi Supriono, Muhuji Amin, Hennry Nusa Satria, Triyana, Lutfi Adhaeri, Sapto Adi Kurniawan, Nena Haryani, Anton Ponawan, Pak Yudhi (KK's husband) dan saya. Piknik diberi nama Family Gathering PTJ-MI, dan peserta turut membawa keluarga mereka.

Hari Sabtu, 3 Mei 2008 adalah hari keberangkatan gathering yang diadakan di Lembang Asri. Keberangkatan berpusat di PTJ. Awalnya, karena saya termasuk yang berangkat satu hari lebih dulu, sempat khawatir kalau teman-teman panitia yang mengawal keberangkatan kewalahan dan mengakibatkan keterlambatan. Ternyata informasi yang kami dapat, bus yang membawa semua peserta berangkat tepat waktu. Dan sampai lokasi pun tepat waktu. Wonderful.

Sampai lokasi semua peserta langsung disambut, kemudian diarahkan ke restoran Cempaka. Di restoran ini semua peserta dimintakan untuk saling berinteraksi antar peserta sambil menikmati hidangan makan siang. Dan berikutnya adalah istirahat dan acara bebas untuk semua peserta.

Pukul 15.30 peserta karyawan diminta untuk kembali berkumpul di ruang lt2 dari restoran Cempaka, untuk mengikuti acara selanjutnya yaitu beberapa sambutan dari para direksi dan permainan-permainan yang dipandu oleh team Pro-gnosys.

Kami sangat menikmati acara-acara atau permainan-permainan yang luar biasa mengandung banyak ilmu itu. Menurut saya team Pro-gnosys juga merupakan team yang luar biasa. Bagaimana tidak luar biasa, mereka dapat mengarahkan kami yang –kita sama-sama tahu lah- jika diberi arahan didengarkan tapi kadang tidak memperhatikan, dan jika diberi arahan suka asik ngobrol sendiri, tidak semua tapi banyak –termasuk saya-, menjadi kompak. Tidak ada kesulitan yang berarti saya lihat yang dialami team Pro-gnosys.

Dari permainan mengambil makanan-makanan yang ditebar dibeberapa area yang sudah ditentukan melalui papan yang disanggah benda/krat supaya tidak mengenai tanah. Jika menyentuh tanah, gugur dan hasil yang didapanpun harus dikembalikan. Seru, semua merasa bisa mengambil makanan itu. Semua merasa paling jagoan untuk yang paling banyak mengambil makanan itu, semua mengambil ancang-ancang untuk mengambil yang paling jauh sekalipun,-termasuk saya- sampai ada yang berteriak “Dengarkan, dengarkan saya!, beban kita terlalu berat, masanya akan lebih berat di ujung sini, kalian pasti jatuh dan menyentuh tanah!, ambil yang dekat dulu!”. Silent. Saya berfikir, -yang lain juga mungkin- kalau hal itu ada benarnya, tapi didalam diri ini memberontak, saya masih bisa mencoba lagi kok, bisa ach, tinggal agak dimiringkan sedikit lagi papannya dan badan saya agak maju sedikit, tangan saya kan panjang, pasti bisa. Tapi pendapat sudah masuk quorum untuk tidak diteruskan, jadi kami menang di area kedua saja.

Permainan kedua, kami diharuskan melalui suatu jalur yang dibatasi tali-tali setinggi setengah meteran dan kami tidak diperkenankan meyentuh tali itu, alias kami harus merangkak dengan tetap bersentuhan dengan anggota masing-masing kelompok menuju ke tempat di depan kami yang berjarak +2 meter, berkumpul jadi satu di tempat atau bundaran yang sudah ditentukan dengan ukuran 1x1m dan tidak boleh menyentuh talinya. Dengan anggota kelompok yang memiliki berat badan di atas rata-rata kami terpaksa sedikit melanggar peraturan. Itu pun kami harus mengulang beberapa kali untuk sampai daerah aman itu, karena kami tertangkap mata oleh team Pro-gnosys kalau anggota badan kami menyentuh tali. Sempat membuat kami gemas dan penasaran, masa sich tidak bisa yang seperti ini saja, ini biasanya terjadi kalau sudah sedang narsis mode:on, ingin menunjukkan paling bisa. Ada yang lucu juga, kelompok kami semua sudah masuk zona aman satu dan sebagian sudah di zona aman dua, ada yang saking penasaran dan ingin terus memastikan bahwa teamnya dalam kesesuaian peraturan dan sampai zona aman ke tiga dengan segera, sampai lupa dan beliau keluar dari zona aman satu. Yang akhirnya membuat putus jalur, dan kami harus memulai dari awal lagi. Semua. Tahu yang dirasakan dan diteriakkan anggota team? Dengan muka memelas, serempak! “yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”. Hehehehe… that’s the games are for kan…

Permainan di hari pertama usai, dilanjutkan dengan kilas balik penerapan dan nilai dari permainan-permainan yang sudah kami lalui kemudian makan malam bersama. Acara makan malam diiringi organ tunggal dengan dua artisnya yang cantik-cantik dan dibarengi dengan pemberian hadiah serta doorprize.

Setelah makan malam, karaoke bersama sambil menyalakan api unggun, dengan diberi sajian makanan traditional serta minuman bandrek dan bajigur. Hmm... hangat. Waktu makan malam diajak Ibu Nenden untuk nyanyi bareng di panggung, jawaban saya seperti biasa, pasang senyum manis dan geleng atau “gak ach”. Tapi di acara karaoke, saya terbawa suasana. Apalagi setelah melihat Ibu Dina Aloys yang semangat sekali bernyanyi dan kalau sudah dengar lagu dangdut langsung joget patah-patah ala Anisa Bahar. Ya ampuuuuuuun, Bu, kok yo aku sing isin, hehehe. Dengan logat jawanya “Ayo cepetan kita nyanyi, aku udah kebakar semangat nich”. Top dech Ibu yang satu ini.

Dina Aloys: “Kok gak ada yang milih lagu Broery sama Dewi Yul sich, ini kan bagus lagunya”
Diena : “Ya uda Mbak, tinggal bilang aja ke DJnya nomor berapa”
Dina Aloys: “Aku gak bisa nyanyinya”
Diena: “loch!”
Dina Aloys: “Hehehe… aku suka dengerinnya kalo lagu Broery sama Dewi Yul, gak bisa nyanyinya, aku ngikutin aja…”
Kalau Pak Acep dengar percakapan ini, pasti akan bilang, “capee deeech….” Hehehehe…

Jam 23.30 kami menutup acara karaoke dengan lagu Lilin-lilin kecil dan Kemesraan. Duch, saya betul-betul terbawa emosi, dengan kuat saya mempertahankan air bening hangat yang sangat ingin keluar dari mata saya.


Hari Minggu, 4 mei 2008 acara dimulai dengan makan pagi bersama, kembali di restoran Cempaka, kalau kemarin sarapan bubur, kali ini saya makan nasgor. Rasanya lumayan.

Acara setelah sarapan, kembali kami berhadapan dengan team Pro-gnosys. Termasuk semua keluarga, mereka juga ikut bermain tapi terpisah.

Permainan untuk karyawan kali ini dibuat sedemikian rupa sehingga semua kelompok satu sama lain terkait kerjasama untuk dapat meloloskan hasil bersama. Permainan yang luar biasa. Luar biasa sulit maksudnya, tapi fun. Tapi sebetulnya tidak sesulit itu, kalau kami memiliki kesabaran, konsisten dengan yang sudah ditetapkan dan konsentrasi. Tapi kadang kan kalau sudah banyak orang banyak suara seperti di lapangan itu, kosentrasi buyar, dan gaya pura-pura jadi motivator dan pemimpin lebih menonjol. Tapi ya itu lah yang sedang kami pelajari. Saya juga sempat bingung dengan suasana yang rame itu, “Mbak Diena kurang tarik!”. Oh iya, kalau talinya kurang kencang ditarik kita kurang memiliki  keseimbangan untuk bisa memberi jalan untuk bola itu dengan mulus. Tapi kalau terlalu kencang ditarik, kita juga kadang terlupa dengan tiba-tiba melepasnya sehingga mengganggu belahan peralon berikut yang sedang membawa bola, yang akhirnya bola terpelanting ke tanah. Dan gugur sudah kalau sudah jatuh. Hutang bertambah. Dengar-dengar hutang kami dipermainan ini adalah 3 milyar! Siapa yang bisa bayar, sedangkan bola-bola yang termahal yang seharusnya digoalkan sudah gugur berjatuhan. Tapi kami tidak berhenti bermain sampai waktu benar-benar habis.

Saya senang sekali dengan kebersamaan dua hari itu. Semua wajah yang saya coba pandangi satu persatu, tidak menunjukkan ketidak gembiraan. Walaupun ada juga wajah yang entah apa yang difikirkan, raga beliau ada disini, tapi fikiran sedang merancang sesuatu, tidak disini, tapi nanti. Ada juga yang menujukkan wajah penuh strategi, setelah ini apa ya. Ada yang sedang memikirkan, tempat mana lagi nich bisa dimanfaatkan untuk baca buku. Serta ada yang kalau mau diperhatikan lebih dekat lagi, jika wajah itu bisa berbicara, dia akan bilang “duch, kok saya gak berani ya untuk bilang?”

Saya sendiri berusaha untuk benar-benar ada disana, saya harus bisa memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, supaya saya bisa lebih dekat lagi dengan teman-teman, dengan keluarganya, dengan atasan. Dengan atasan, saya tidak merasakan jarak dua hari itu. Walaupun saya tetap berusaha hormat pada beliau-beliau. Beliau-beliau adalah atasan yang menyenangkan to work and play with. Bermainnya tentu bermain yang edukatif.

Dalam permainan-permainan saya melihat itu semua. Merangkak bareng, dempet-dempetan bareng, dikerjain Pro-gnosys bareng, kasih support, bahkan di”aniaya” bawahan juga ada, tapi tetap senyum bahkan tertawa. So fun.

Selesai permainan terakhir, seperti biasa ada kilas balik untuk semua permainan yang kami jalani. Pro-gnosys meminta kami untuk berkelompok sesuai divisi. Saya adalah yang paling cantik di divisi sales. Tidak ada saingan, tidak mungkin kan saya bersaing dengan Hennry, jauuuooh. 

Semua pembahasan kilas balik mayoritas mengarahkan kita untuk bisa bekerja sama dengan baik. Itu terbukti pada saat team Pro-gnosys membagikan kertas kuning yang berisi harapan-harapan dari teman-teman. They are actually aware with cooperation in team. Hanya memang harus ada leader atau pemimpin yang terus mendorong yang kurang bersemangat dan memberdayai yang masih penuh semangat dengan segala fasilitas perberdayaannya itu.

Diujung acara, Pro-gnosys meminta kami untuk membuat suatu yel-yel dan moto untuk masing-masing divisi. Kami langsung ngariung, berembuk dengan semua anggota divisi. Dan yang paling cepat menentukan yel-yel dan moto adalah team sales. Pastinya, sang maestro masuk di divisi kami. Semangat tinggi dong. Dari team admin saya lihat Pak Acep sedang pw alias mengambil posisi wenak untuk nulis di kertas yang ada di lantai.

Berikut yel-yel sekaligus moto untuk tiap divisi;

Team sales:
Fighting spirit
Optimized
Commitment
Unbeatable
Success
Team tehnik
Synergy
Initiative
Active
Productive
Team admin
Siap
Melayani
Semua

Semoga semua itu bisa terus diingat dan diterapkan.

Pukul 12.00 kami siap-siap kembali  ke Jakarta. Kalau awal berangkat saya ikut team advance dengan inova, saya sengaja pilih pulang ikut bus dengan kawan-kawan. Karena terbayang akan lebih banyak senyum dan tawa lagi yang saya dapatkan. Sempat bus yang saya ikuti, yang diketuai oleh Pak Djoko mengalami kerusakan AC, puanasnya minta ampun, padahal di luar hujan. Mengenaskan sekali kan. Sampai ada yang mabok.

Pak Yudhi: “kita komplain aja ke pihak bus, kalau perlu gak usah kita bayar”
Ibu Ika: “orang kita udah bayar”
Pak Yudhi: “oh uda bayar?, kalau gitu dimasukin koran aja kalo perlu…”


Itu sebagian obrolan saat mobil puanas.

Pak Djoko langsung berkoordinasi dengan pihak Blue Bird di Jakarta untuk mengatasi masalah ini. Blue Bird berjanji akan mengirim armada baru yang lebih baik dari Jakarta dan kami akan dijemput dalam perjalanan. Dan itu benar, tidak jauh setelah kami melewati Ciampelas, armada baru datang, ya walaupun kami sempat menunggu sekitar 30 menit , tapi itu tidak terasa, karena teman-teman di bus 1 ikut turun dan menemani kami menunggu. So lovely.

Bus pengganti 2 kali lebih bagus kelasnya dengan bus yang awal, pihak blue Bird benar-benar berusaha menunjukkan komitmennya dalam pelayanan. Luar biasa. Yang tadinya kami kepuanasan, sekarang kami menggigil kedinginan!.

Dengan logat jawa;
Lutfi: “Pak Djoko, tolong bilangin ke supirnya, ACnya matiin kami kedinginan”
All: “huahahahahaha………”
Sapto: “ach musiknya gak enak nich”
Lutfi: “Iya, bilangin aja ke supirnya, musiknya gak enak gitu, kita minta ganti busnya lagi aja…”
Nasrul: “kita? eloe aja kali, gue enggak”

Itu sebagian celotehan saat mobil duingiiiin.


Kemesraan ini janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini Inginku kenang selalu
Hatiku damai, jiawaku tentram disampingmu
Hatiku damai jiwaku tentram bersamamu

………………

Dan kau lilin-lilin kecil sanggupkah kau mengganti
Sanggupkah kau memberi seberkas cahaya
Dan kau lilin-lilin kecil sanggupkah kau berpijar
Sanggupkah kau menyengat seisi dunia



END


Diena Hudiana A.
050508

Hatiku belum lembut, lisanku belum halus.



Bismillahirrahmaanirrahiim..

Allah SWT yang Maha Baik, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang itu tidak pernah tidak mengabulkan doa hambaNya. Termasuk doaku. Hanya saja aku belum pintar untuk memaknai dan menyikapi doa-doaku yang terkabul itu.

Kesalahanku bersikap, salah berucap, dan salah memikirkan sering menggagalkan dan menolak secara tidak sengaja terkabulnya doa. Secara tidak sengaja karena aku merasa belum mengerti dan masih sangat perlu pembelajaran tentang kesabaran dan keikhlasan akan ketetapan Allah SWT, akan terkabulnya doaku tadi.

Allah pasti telah menyediakan pijakan-pijakan untukku, agar aku dapat meraih impianku yang selalu aku gumamkan dalam doa-doaku. Namun mulai samar tersadar kini bahwa aku kurang terampil, kurang sabar dan kurang ikhlas menapaki pijakan yang sudah Allah sediakan untukku.

Aku mohonkan pada-Nya agar aku diberi rahmat hati yang lembut, tutur kata yang halus dalam keseharianku. Aku pun diketemukan dengan kondisi dimana seorang teman yang membutuhkan satu informasi yang kebetulan aku yang mengetahui informasi itu. Beliau menanyakannya padaku. Dan beberapa pertanyaannya aku simpulkan sebagai cerewet dan “ngeyel”, sehingga tanggapankupun kurang bersahabat pada temanku itu. Alasanku adalah, aku sibuk, kenapa temanku ini tidak mengerti?. Tidak ada kata-kata kasar yang keluar –menurutku-, tapi kurang bersahabat.

Aku tidak berbohong dengan alasanku itu, dan tidak salah juga sebenarnya kalau aku menyimpulkan temanku itu cerewet. Tetapi setelah percakapan itu selesai, ada teguran halus dari hati nuraniku “kenapa kamu bersikap seperti itu?”. Rasa menyesal menghinggap dan mengganggu ketenanganku hatiku, dan gangguannya lebih mengena daripada gangguan kecerewetan temanku tadi. Astagfirullah.

Aku tidak sabar, aku tidak peka dan tidak ikhlas dengan ujian yang Allah SWT beri.

Itu sebabnya hatiku belum lembut, lisanku belum halus.

Insya Allah itu kalau belum pasti…



Bismillahirahmaanirrahiim..

Kupanjatkan doa, permohonan dan pengaharapan hanya kepada Allah SWT, Yang Maha Berkasihsayang, Yang Maha Mencintai dengan kecintaannya yang murni, dengan kasih sayangnya yang tulus tiada banding. Shalawat dan salam tercurah untuk baginda tercinta Rasulullah SAW, yang sangat-sangat kurindukan.

Semoga Allah menjaga hati dan fikiranku, serta tanganku dalam upayaku menuliskan satu hal yang ada dibagian kecil fikiranku. Terlalu banyak sebetulnya yang aku fikirkan dan ingin aku tuliskan, terlalu banyak rencana dan pengharapan yang ingin sekali aku wujudkan menjadi suatu gerak nyata. Insya Allah, dan semoga yang aku fikirkan dan rencanakan ini mendapatkan ridho dari-Nya. Karena hanya dengan ijinnyalah segala sesuatu itu terwujud dan menjadi penuh  manfaat.

“Dan milik Allah lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” [4:189]

Aku tidak bermaksud takabur tentu saja, bahwa semua cita-citaku yang sudah kugapai mendapat ridho dari-Nya. Oleh karenanya insya Allah, perkenan-Nya mengiringi cita-citaku.

Setiap kita akan mendapatkan selipan rasa damai jika yang kita sematkan dalam sebuah janji baik besar maupun kecil, selalu disandarkan hanya kepada Allah. Karena hanya Dialah sebaik-baik tempat bersandar, tempat bergantung

“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” [112:2]

Dijaman sekarang ini, -sayang sekali-, kata insya Allah dikenal dengan pelemah janji. Jika jawaban kita akan janji misalnya “Ok, insya Allah saya hadir”. Hal ini tidak diperhitungkan sebagai komitmen yang tinggi. Bagaimana tidak, Allah Mahatinggi. Banyak yang menafsirkan bahwa yang menjawab ini kecil kemungkinan untuk bisa datang. Atau akan ditimpali dengan kata-kata “Ah, jangan insya Allah dong. Kamu pasti datang gak?”. Waduch… kacau sudah dunia kang aw.

Sang pemberi janji maupun penerima janji dengan contoh di atas tidak menyadari bahwa hanya Allah-lah yang Maha Menetapkan suatu janji atau mengadakan suatu kejadian. Mereka menyepelekan-NYa, astagfirullah. Sudah tahu kan bahkan kepakan sayap nyamuk pun untuk bisa terbang karena ijin Allah? Daun kering berguguran atas ijin-Nya? Nafas kita masih teratur sampai dengan saat ini juga karena Allah masih mengijinkan kita untuk bernafas. Semut menggigit kaki kita juga dijinkan Allah.

Jika kita tidak menyandarkan ucapan janji kita kepada Allah, kepada siapa lagikah kita sandarkan? Jika kesehatan diujikan kepada kita saat janji itu menjelang dan akhirnya kita tidak dapat memenuhi janji, tidak kah tersadar bahwa itu sebagai teguran dari-Nya? Atau bahkan jika ternyata kita tidak diberi umur panjang untuk memenuhi janji itu. Tersadarkan kita bahwa hanya Allah-lah yang Maha Menetapkan, Maha Berkehendak? Sayangnya, banyak dari kita terlupa akan hal ini.

Ada satu lagi yang pernah saya dengar seorang teman berkata, “Insya Allah itu kalau belum pasti, kalau sudah pasti tidak perlu lagi bilang insya Allah…”.

Ya Robb, aku berlindung hanya pada-Mu dari segala keangkuhan dan kekerasan hati. Tiada pantas sama sekali hamba menyombong diri.

La hawla wala kuwwata illah billah..

Akar Kata [Mujarad] Dalam Bahasa Arab

Umumnya atau mayoritas akar kata dalam bahasa Arab terdiri dari 3 huruf  biasanya berharakat fathah.  Akar kata bahasa Arab ini biasanya  ad...