Jumat, 28 Juni 2024

Pengertian i’rob (الإِعْرَابُ)

 

Pengertian i’rob (الإِعْرَابُ) dibagi menjadi 2 bagian. Secara bahasa dan istilah ilmu nahwu. Secara bahasa i’rob (الإِعْرَابُ) adalah penjelasan atau penerangan, sedang menurut istilah, I’rob (الإِعْرَابُ) adalah perubahan yang terjadi pada akhir kata/kalimah secara lafal ataupun karena perbedaan amil yang masuk atau mempengaruhi kata tersebut.

الإِعْرَابُ فِي اللُّغَةِهُوَ الْإِبَانَةُ وَالْإيْضَاحُ

وَفِي الْاِصْطِلَاحِهُوَتَغْيِيْرُ الَّذِيْ يَطْرَأُ عَلَى أَوَاخِرِ الْكَلِمَاتِ لَفْظاً أَوْ تَقْدِيْراً بِاخْتِلَافِ الْعَوَامِلَ الدَّاخِلَةِ عَلَيْهِ

 

Dalam ilmu nahwu, Babul I’rob menjadi sangat penting bahkan boleh dibilang jantungnya ilmu nahwu. Jadi, jika sudah menguasai bab i’rob berarti sudah menguasai dasar ilmu nahwu dengan baik, dan sudah dapat mencoba untuk membaca kitab gundul (tanpa harakat).

الإِعْرَابُ هُوَ تَغْيِيْرُ اَوَاخِرِ الكَلِمِ لِاخْتِلَافِ العَوَامِلِ الدَاخِلَةِ عَلَيْهَا لَفْظاً أَوْ تَقْدِيْراً

 

Artinya:

“I’rob adalah perubahaan (cara baca) di akhir katanya karena perbedaan amil yang memasukinya, baik secara lafadz (nampak jelas perubahaannya yaitu dengan adanya harakat domah, fathah, kasroh, atau sukun) atau dengan dikira-kira”

الإِعْرَابُ هُوَ تَغْيِيْرُ اَوَاخِرِ الكَلِمِ

 

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa i’rob adalah perubahaan cara membaca akhir huruf pada suatu kata yang tergantung pada amil yang memasukinya.

Inti dari i’rob adalah perubahan di akhir kata, baik itu dibaca dhommah (keadaan rofa’), dibaca fathah (keadaan nashab), dibaca kasroh (keadaan jar), atau dibaca sukun (keadaan jazm).

 لِاخْتِلَافِ العَوَامِلِ الدَاخِلَةِ عَلَيْهَا

 

Ini menunjukkan perubahan pada akhir kata tergantung pada amil yang memasukinya, lalu apa yang disebut Amil? Amil adalah suatu penyebab (bisa berupa huruf, keadaan, dan sifat) yang membuat kata yang terkena amil ini harus dibaca rofa’ (dengan dhommah), nashab (dengan fathah), jar (dengan kasroh), atau jazm (dengan sukun).

Pembagian I'rab. (foto: ist/*)

Pembagian I’rab. (foto: ist/*)


Terdapat 4 Pembagian I’rob (الإِعْرَابُ) dan Tanda-tandanya, yaitu:

1. Rafa’, yaitu i’rob yang ditandai oleh dhommah (Contoh: جَاءَ مُحَمَّدٌ) dan penggantinya yaitu wawu, alif dan nun. Rofa’ merupakan i’rob dasar jadi pada awalnya semua isim mu’rob i’robnya rofa’.

Sebagai contoh untuk memperjelas, jika melihat kata ‘نَصْرٌ’ maka fokus ilmu nahwu hanyalah pada huruf akhirnya yaitu huruf ro ‘رٌ’ nya saja, kenapa dibaca dhommah, kenapa dia menggunakan tanwin, kenapa tidak dibaca kasroh, fathah atau yang lainnya. Sedangkan huruf pertama ‘نَ’ dan tengah ‘صْ’, itu hanya akan dibahas pada ilmu sharaf.

 

Tanda-tandanya I’rob Rafa, yaitu:

a. Harakat dhammah, terdapat pada isim mufrad, jamak taksir, jamak muannats Salim dan fi’il mudhari’;

b. Huruf wawu, terdapat pada jamak mudzakar dan asmaul khamsah;

c. Huruf alif, terdapat pada isim tatsniyah;

d. Huruf nun, terdapat pada fi’il mudhari’ yang bertemu dengan dhamir sya’an, yakni alif tatsniyah, wawu jamak dan ya’ muannats

 

2. Nashab, yaitu i’rob yang ditandai oleh fathah (Contoh: أَكَلْتُ التُفَّاحَ) dan penggantinya yaitu alif, kasroh, ya’ dan membuang nun.

Tanda-tanda I’rob Nashab, yaitu:

a. Harakat fathah, terdapat pada isim mufrad, jamak taksir dan fi’il mudhari’;

b. Huruf alif, terdapat pada asma-ul khamsah;

c. Harakat kasrah, terdapat pada jamak muannats salim;

d. Huruf ya, terdapat pd jamak mudzakar dan al isim al tatsniyah;

e. Hadzfun nun (membuang huruf nun), terdapat pada af’alul khamsah

 

3.  Khofadh, yaitu i’rob yang ditandai oleh kasroh (Contoh: كَتَبَ مُحَمَدٌ عَلَى السَبُّوْرَةِ) dan penggantinya ya’ dan fathah.

 

Tanda-tanda I’rab Jar, yaitu:

a. Harakat kasrah, terdapat pd isim mufrad yang munsharif, jamak muannats salim dan jamak taksir;

b. Huruf ya, terdapat pd asma-ul khamsah, isim tatsniyah dan jamak mudzakar;

c. Harakat fathah, ciri ini khusus bertempat pd isim ghairu munsharif


4. Jazm, yaitu i’rob yang ditandai oleh sukun (Contoh: إِذْهَبْ) dan membuang huruf.

 

Tanda-tanda I’rab Jazm, yaitu:

a. Sukun, terdapat pd fi’il mudhari’ yang shahih huruf akhirnya;

b. Hadzfu (membuang), ada 2 macam yaitu hadzfu huruf ilat dan hadzfu huruf nun, berada dalam dua bagian yaitu fi’il mudhari’ yang mu’tal akhir dan af’alul khamsah.

 

Contoh-contoh I’rab:

كَتَبَ مُحَمَدٌ عَلَى السَبُّوْرَةِ

Artinya:

“Muhammad menulis di papan tulis”

 

Perhatikan kata di akhir kalimat, ‘as-sabburoti’. Kenapa dibaca kasroh? karena sebelum kata tersebut ada amil berupa huruf jar (yang membuat kata ‘as-sabburoti’ HARUS dibaca kasroh) yaitu kata ‘alaa’)

Contoh lainnya:

جَاءَ مُحَمَّدٌ

Artinya:

Muhammad telah datang

 

Perhatikan kata diakhir kalimat. Kenapa mesti dibaca dommatain pada kata ‘muhammadun’? Ya, tentu karena ia menjadi fa’il (subjek) maka ia harus dibaca rofa’ (pada kata tersebut menggunakan tanda dhommah).

Contoh lainnya lagi:

أَكَلْتُ التُفَّاحَ

Artinya:

Saya telah memakan apel

 

Perhatikan kata di akhir kalimat. Kenapa mesti dibaca fathah pada kata ‘at-tuffaha’? Ya, tentu karena menjadi maf’ul bih (objek) maka ia harus dibaca nasob (pada kata tersebut menggunakan tanda fathah).

Contoh-contoh diatas tentunya sangat mudah untuk dipahami, tapi coba kita lihat pengertian i’rob di atas lagi, ada kata ‘ لَفْظاً أَوْ تَقْدِيْراً ‘ artinya ‘baik secara lafadz (nampak jelas perubahaannya) atau dengan dikira-kira’, yang dimaksud secara lafadz adalah perubahan cara membaca akhir katanya nampak jelas dengan adanya harokat dhommah, fathah, kasroh, atau sukun. Contohnya seperti kalimat di atas أَكَلْتُ التُفَّاحَ ‘akaltu at-tuffaha’ dibaca fathah secara jelas dan nampak harokatnya.

Sedang yang dimaksud تَقْدِيْراً adalah perubahan cara baca akhir kata yang tidak nampak jelas dan tidak ada harokat sama sekali, hal ini disebabkan karena di akhir kata tersebut terdapat huruf illah: ‘Wau (و) , Alif (ا) dan Ya (ي)’,

Contoh:

جَاءَ مُصْطَفَى

Artinya:

Musthofa telah datang.

 

Perhatikan kata ‘musthofaa’, yang tidak mempunyai harokat, tapi dibaca rofa’. Seharusnya jika suatu kata dibaca rofa’ maka tandanya dengan dhommah, tapi pada kata tersebut tidak ada harokatnya, maka i’robnya dengan cara dikira-kira), kenapa dia dibaca rofa’? karena dia menjadi fa’il (subjek).

Contoh lainnya:

رَأيْتُ مُصْطَفَى

Artinya:

Saya melihat musthofa.

 

Perhatikan kata ‘musthofaa’ yang menjadi maf’ul bih (objek), dibaca nasob, tanda nasobnya fathah yang dikira-kirakan karena terdapat huruf illah yaa ‘ى’ di akhir kata.

Contoh lainnya:

نَظَرْتُ إِلَى مُصْطَفَى

Artinya:

Saya memandang musthofa’

 

Perhatikan kata ‘musthofaa’ yang dibaca jer. Tanda jernya adalah dengan kasroh yang dikira-kirakan karena terdapat huruf illah berupa huruf yaa ‘ى’ di akhir kata.

Sebagai kesimpulan, dari ketiga contoh diatas, cara membaca kata ‘مُصْطَفَى’ hanya satu ‘musthofaa’ tanpa ada harokat di akhirnya. Cara menentukan hukum i’robnya adalah dengan dikira-kira, tergantung apakah menjadi fa’il (subjek), atau maf’ul bih (objek), atau majrur (dibaca jer karena sebelumnya ada huruf jer).

Keempat bagian i’rob di atas jika masuk dalam suatu isim (kata benda) maka hanya ada rofa, nasob, jer, sedangkan jika masuk kepada fi’il (kata kerja) maka hanya ada rofa, nashab, dan jazm. Jadi, isim selamanya tidak akan dibaca jazm, dan fi’il selamanya tidak akan dibaca jer.

Wallahu ‘alam bish-shawab. (*)

 

(* Muhammad Farid Wajdi, S.H.I., M.M.

Pembahasan Ayat Al Qur'an Per Kata, Al Faatihah [6]

Pembahasan Surat ke-1: 

Surat Al Faatihah, Ayat ke-2, Kalimah ke-6


Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu. 


بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الحيمِ

Alhamdulillahi Rabbil'aalamiin. Kemaren kita sudah bahas kata alhamdu (الحمد) yang berarti segala pujian. Kata Alhamdu disebut isim marfuu' karena kata daal (د) berubah menjadi (ُد) yang tadinya (دَ) berasal dari akar kata hamida (حَمِدَ). Perubahan harakat menjadi dhammah ini disebut i'raab rafa'. 

Lantas kenapa tidak berubah menjadi yg lain, kasrah, fathah atau sukun?

Sebelumnya kita bahas dulu beberapa dalil berikut.

Dalam ilmu nahwu dan sharaf bahwa frasa atau nominal atau penggalan kalimat yang terdiri dari beberapa kata dan mempunyai makna sempurna disebut jumlah (الجملة). Frasa/jumlah yang dimulai dengan isim disebut frasa isim atau jumlah ismiyah (اسمية). Isim yang pertama yaitu kata yang perlu diterangkan disebut mubtada (مبتدأ). Sedangkan kata yang menerangkan dan dapat menyempurnakan makna mubtada (kata yang pertama) disebut khabar (خبر). Khabar ini boleh merupakan isim atau fi'il. Sementara isim sebagai mubtada ini harus marfuu' (berakhiran dhammah).

Kata alhamdu (segala pujian) belum mempunyai makna yang sempurna, perlu diterangkan, jadi alhamdu merupakan mubtada, makanya huruf dal harus berharakat dhammah (isim marfuu').

Insyaa' Allah kata kita hari ini adalah lillahi (لِلَّـهِ) yang berarti "bagi Allah". Karena kata alhamdu adalah mubtada (yang diterangkan) maka kata lillahi seharusnya adalah khabar, yaitu untuk menerangkan alhamdu sehingga mempunyai makna yang sempurna. Sehingga alhamdu lillahi berarti segala pujian bagi Allah.

Mari kita bahas kata lillahi (لِلَّـهِ) ini baik perubahan harakat (i'raab) dan jenis kalimatnya.

Kata li- ( لِـ ) berarti bagi, diawal kata lillahi ada huruf jar, yaitu huruf yang mengkasrahkan kata setelahnya. Sementara kata لَّهِ berasal dari lafazh Al-Jalaalah الله dimana harakat huruf terakhirnya ( ـه ) berubah menjadi kasrah ( ـهِ ) karena jar li- ( لِـ ). Jadi kata lillahi ( لِلَّـهِ ) adalah isim majrur atau jar wa majrur.

Kata lillahi ( لِلَّـهِ ) di dalam Al Qur'an terdapat sebanyak 149 kali dalam 145 ayat.

1.0. indek = Q001002002
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 2
1.3. no kalimat = 2
2.0. Qur'anic = لِلَّـهِ
2.1. Tarjamah = bagi Allah
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = لِـ
3.1. Tarjamah = bagi
3.2. Jenis kalimat = حرْف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = ٱلله
6.1. Tarjamah = Allah
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = أله
7.1. Tarjamah = Tuhan
7.2. Jenis kalimat = إسم

Semoga bermamfaat dan menambah semangat kita untuk dapat mempelajari dan memahami ayat-ayat Al Qur'an baik maksud/makna yang tersurat maupun yang tersirat, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.





--

Wassalam,

Aba Abdirrahim

Kamis, 27 Juni 2024

Pembahasan Ayat Al Qur'an Per Kata, Al Faatihah [5]

Pembahasan Surat ke-1: 

Surat Al Faatihah, Ayat ke-2, Kalimah ke-5 

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.


Insyaa' Allah hari ini kita akan mulai pembahasan Q001002001 yaitu kata pertama dalam ayat ke-2 surat Al Fatihah. Sebelumnya pada pembahasan ayat Basmalah kita sudah mengenal isim majrur yaitu isim yang abjad/huruf terakhirnya kasrah ( ــِــ ) atau tanwin dibawah - kasratain ( ــٍــ ), tapi pada ayat Basmalah semua katanya berkasrah di akhir kata. 

Dalam ilmu nahwu sharaf, perubahan harakat di akhir sebuah kata disebit i'raab (‎‎إِعْرَاب). I'raab yang terjadi pada isim disebut i'raab isim. I'raab (perubahan harakat) yang mengkasrah kata disebut i'raab jarr (جرّ). Isim yang akhirannya berkasrah disebut isim majrur.

Pada kata ٱلْحَمْدُ (alhamdu) akhiran katanya berharakat dhammah ( ـدُ ). Pada pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa salah satu ciri isim adalah diawali dengan alif laam ( ال ), jadi kata alhamdu termasuk isim. Isim yang berhakat dhammah ( ــُــ ) atau tanwin berbaris 'dapan' - dhammatain ( ــٌــ ) disebut isim marfuu' (‎مَرْفُوْع) sedangkan perubahan harakat menjadi dhammah disebut i'raab rafa' (‎رَفْع). Dengan demikian kata alhamdu ini disebut isim marfuu'.

Ini kata kita hari ini yaitu alhamdu, di dalam Al Qur'an kata alhamdu (الحمد) terdapat sebanyak 28 kali dan akar kata حمد terdapat sebanyak 68 kali.

1.0. indek = Q001002001
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 2
1.3. no kalimat = 1
2.0. Qur'anic = ٱلْحَمْدُ
2.1. Tarjamah = segala pujian
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = ال
3.1. Tarjamah = segala
3.2. Jenis kalimat = إسم
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = حَمْد
6.1. Tarjamah = pujian
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = حَمِدَ
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) memuji
7.2. Jenis kalimat = فعل

Semoga bermamfaat, wallahu a'lamu bishshawab.

--

Wassalam,

Aba Abdirrahim

Pembahasan Ayat Al Qur'an Per Kata, Al Faatihah [4]

Pembahasan Surat ke-1: 

Surat Al Faatihah, Ayat ke-1, Kalimah ke-4

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بِسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ 

Insya Allah saya coba review kembali pembahasan tentang ayat Basmalah dari awal sampai kemaren. 

Majrur adalah isim (kata benda atau kata sifat) yang berakhiran kasrah ( ــِــ ). Kalau isimnya betanwin di akhir maka kata majrur tersebut berakhiran kasratain atau tanwin dibawah ( ــٍــ ).  

Kata bi (بِـ) adalah huruf jar dan setiap kata setelahnya akan menjadi berakhiran kasrah ( ــِــ ). Dalam ayat Basmalah بسم maka huruf miim berubah menjadi kasrah ( ـمِ ). 

Sedangkan lafazh Al-Jalaalah اللهِ menjadi kasrah diakhiran ( ـهِ ) karena mudhaf ilaih (ditambahkan setelahnya). Rangkaian dua buah Isim atau lebih, satu kata di depannya dalam keadaan Nakirah (tapi tanpa tanwin) dinamakan Mudhaf sedang kata yang paling belakang adalah Ma'rifah dinamakan Mudhaf ilaih.  

Sementara الرّحمٰنِ majrur/kasrah karena الرّحمٰنِ adalah isim shifat dari lafazh Al-Jalaalah اللهِ (majrur). Bila rangkaian dua buah Isim atau lebih, semuanya dalam keadaan Nakirah (tanwin) atau semuanya dalam keadaan Ma'rifah (alif-lam) maka kata yang di depan dinamakan Maushuf (yang disifati) sedang yang di belakang adalah Shifat. 

Ini pembahasan kita hari ini yaitu kata الرّجيمِ yang relative sama dengan kata sebelumnya yaitu الرّحمٰنِ. 

1.0. indek = Q001001004 
1.1. no surat = 1 
1.2. no ayat = 1 
1.3. no kalimat = 4 
2.0. Qur'anic = ٱلرَّحِيمِ 
2.1. Tarjamah = yang Maha Penyayang
2.2. Jenis kalimat = إسم 
3.0. Awalan1 = ال 
3.1. Tarjamah = yang  
3.2. Jenis kalimat = حرْف 
3.3. Awalan2 = 
3.6. Awalan3 = 
4.0. Sisipan1 = 
4.3. Sisipan3 = 
5.0. Akhiran1 =  
5.3. Akhiran2 = 
5.6. Akhiran3 = 
6.0. Asal kalimat = رَحِيم 
6.1. Tarjamah = pengasih, penyayang 
6.2. Jenis kalimat = إسم 
7.0. Akar kalimat = رَحِمَ 
7.1. Tarjamah = (dia laki-laki telah) mengasihi, menyayangi 
7.2. Jenis kalimat = فعل 

Kata ٱلرَّحِيمِ adalah isim ma'rifah sama seperti kata ٱلرَّحْمٰنِ yaitu diawali dengan alif lam ma'rifah (ال).  

Huruf bermakna alif lam (ال) pada kata الرّحيمِ adalah alif lam syamsiyah (الشمسيه) karena huruf hijaiyah setelah alif lam adalah huruf syamsiyah yaitu raa' (ر). Hukum tajwid atau cara membaca alif lam ini (syamsiyah) tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya, sehingga huruf raa' (ر) bertasydid (رّ). 

Kata الرّحيمِ majrur (kasrah pada ـمِِ ) karena merupakan shifat (صِفَة) dari lafazh Al-Jalaalah اللهِ yang juga majrur. 

Di dalam Al Qur'an terdapat lebih dari 300 kali akar kata رحم, dimana 57 kali berasal dari asal kata رحمان dan 116 kali berasal dari asal kata رحيم. 

Alhamdulillah sudah kita bahas ayat Basmallah: 

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ 

Dalam tulisan laten: 

Bismi Allahi Ar-Rahmaani Ar-Rahiimi 

atau kalau dua kata pertama disambung: 

Bismillaahi Ar-Rahmaani Ar-Rahiimi 

Atau kalau ditulis nyambung semua: 

BismillaahirRahmaanirRahiimi 

Mudah2an mulai sekarang kita dapat memahami setiap abjad, baik harakat dan perbahannya. Insyaa' Allah kita juga paham ma'na atau artinya, aamiin yaa Rabb al'aalamiin. 



--

Wassalam,

Aba Abdirrahim

Pembahasan Ayat Al Qur'an Per Kata, Al Faatihah [3]

Pembahasan Surat ke-1: 

Surat Al Faatihah, Ayat ke-1, Kalimah ke-3

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ


Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm, al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn, ar-raḥmānir-raḥīm, māliki yaumid-dīn, iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn, ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm, ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn.


Artinya:   

1. Dengan menyebut nama Allah :    بِسْمِ ٱللَّهِ         

    Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang :    ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

2. Segala puji bagi Allah :    ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ 

    Tuhan semesta alam :    رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang :   ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

4. Yang menguasai di Hari Pembalasan :   مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ

5. Hanya Engkaulah yang kami sembah :   إِيَّاكَ نَعْبُدُ 

    dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan :   وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus :   ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

7. (yaitu) Jalan orang-orang yang :   صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ

    telah Engkau beri nikmat kepada mereka :   أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

    bukan (jalan) mereka yang dimurkai :   غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ

    dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat :   وَلَا ٱلضَّآلِّينَ


Pembahasan Kata ٱلرَّحْمٰنِ

Meskipun baru dua kata yaitu بِسْمِ dan اللهِ, ternyata sudah banyak juga kaidah bahasa Arab yang awak pelajari. 

1. Huruf (حَرْفٌ) yang sudah kita bahas sbb:

1.1. Mabaaniy (مباني) yaitu huruf pembentuk kata disebut juga huruf hijaiyah, terdiri dari:
- 'illah (علّة) yaitu huruf lemah atau penyakit ( ا ، ي ، و)
- shahih (صحيح) yaitu huruf hijaiyaih selain alif yaa' dan waaw.

1.2. Ma'aaniy (معاني) yaitu huruf yang mempunyai ma'na, terdiri dari (baru satu yang kita bahas):
- jar (جرّ) yaitu huruf yang mengkasrahkan kata setelahnya.

2. Isim (إسم) yang sudah kita bahas sbb:
- اسْمِ dan اللهِ termasuk dalam kategori isim majrur (مجرور) yaitu isim yang dikasrahkan (ـــِــ)
- اسْمِ juga disebut isim nakhirah (نكرة) yaitu isim yang belum jelas penunjukannya.
- lafazh al-jalaalah اللهِ disebut isim ma'rifah (معرفة) yaitu isim yang sudah jelas penunjukkannya.
- lafazh al-jalaalah اللهِ juga merupakan isim mudhaf ilaih (مُضَاف إِلَيْه) yaitu isim yang ma'rifah setelah isim nakhirah.

3. Fi'il (فعل) yang sudah kita bahas sbb:
- maadiy ( مَاضِي ) atau Kata Kerja Lampau. Akar kata اسْمِ adalah سَمَوَ (dia laki2 telah meninggikan) yang merupakan fi'il maadiy. Sementara baru satu jenis fi'il yg kita bahas.

Ini kata bahasa Arab hari ini;

Q001001003

1.0. indek = Q001001003
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 1
1.3. no kalimat = 3
2.0. Qur'anic = ٱلرَّحْمٰنِ
2.1. Tarjamah = yang Maha Pemurah
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = ال
3.1. Tarjamah = yang 
3.2. Jenis kalimat = حرْف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = رَحْمَان
6.1. Tarjamah = pengasih, penyayang
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = رَحِمَ
7.1. Tarjamah = (dia laki-laki telah) mengasihi, menyayangi
7.2. Jenis kalimat = فعل

Kata ٱلرَّحْمٰنِ adalah isim ma'rifah. Salah satu cara untuk menandakan suatu kata isim atau bukan adalah bila diawali dengan alif lam (ال). 

Huruf bermakna alif lam (ال) - disebut juga alim lam ma'rifah - pada kata ٱلرَّحْمٰنِ adalah alif lam syamsiyah (الشمسيه) karena huruf hijaiyah setelah alif lam adalah huruf syamsiyah yaitu raa' (ر). Hukum tajwid atau cara membaca alif lam ini (syamsiyah) tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya, sehingga huruf raa' (ر) bertasydid (رّ).

Kata ٱلرَّحْمٰنِ majrur (kasrah pada ـنِ ) karena merupakan shifat (صِفَة) dari lafazh al-Jalaalah اللهِ.

Perbedaan Mudzakkar dan Muannats

Ada cara untuk mengetahui perbedaan antara mudzakkar dan muannats, berikut penjelasannya.


1. Mengetahui Jenis Kelaminnya
Salah satu cara mengetahui perbedaan mudzakkar dan muannats yaitu dengan ciri hakiki. Di mana, dengan melihat jenis kelamin makna suatu benda baik manusia atau hewan.

Contoh:

Muannats (مُؤَنَّث )

Fatimah (perempuan)
Ayam betina دَجَاجَةٌ


Mudzakkar (مُذَكَّر)

Salim (laki-laki)
Ayam Jantan: دِيْكٌ (diikun)


2. Melihat Tanda Kelompok Kata
Cara ini dikenal dengan ciri majasi. Secara umum, kata benda muannats ditandai dengan huruf terakhir berupa ta' marbutah (ة).

Contoh:

Aisyah (عائشة)
Khadijah (خَدِيجَة)


3. Berpasang-pasangan
Perbedaan mudzakkar dan muannats juga bisa dilihat berdasarkan pasangannya. Misal surga (جَنّة) berpasangan dengan neraka (النار)

4. Jamak Taksir
Jamak taksir adalah bentuk jamak yang tercipta dari kata yang tidak beraturan dan bukan dari manusia. Contohnya, beberapa masjid مَسَاجِدُ, kata tunggalnya berbentuk مَسْجِد (sebuah masjid).

Apabila kata benda yang tidak terdapat salah satu dari tanda tadi, maka termasuk kata benda mudzakkar.

Itu tadi penjelasan seputar mudzakkar dan muannats, di mana mudzakkar menunjukkan kata benda gender laki-laki (maskulin), dan muannats itu menunjukkan kata benda gender perempuan (feminin).

Pengertian Isim dan Ciri-cirinya

Isim   ( إسم )  adalah setiap kata yang menunjukkan kepada manusia, hewan, tumbuhan, benda mati, tempat, waktu, sifat atau makna-makna yang ...