Sabtu, 25 April 2020

Kurikulum Pendidikan Anak 1 – 7 tahun [2]

Berikut adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya, tentang kurikulum pendidikan anak usia 1-7 tahun yang baru membahas anak usia 1-3 tahun saja dan sekarang akan membahas anak usia selanjutnya

Resume “Kurikulum Pendidikan Anak Usia 1-7 tahun” (Bagian 2)
Kajian Bulanan HSMN Depok
Narasumber: Ust. Herfi Ghulam Faizi
Tanggal: 16 April 2016
II. Kurikulum Pendidikan Anak usia 4 – 6 tahun
Kebutuhan Dasar atau Pokok yang Dibutuhkan Anak
Anak pada usia 4 -6 tahun memiliki gejolak dalam gerak dan gejolak dalam bahasa. Ia sangat aktif untuk senantiasa bergerak dan juga banyak bicara. Ia pun sangat suka meniru, apapun bisa ditirunya.
1. Kebutuhan Bermain
Bermain bagi anak, ibarat bekerja bagi orang dewasa. Maka, anak yang tidak bermain sama halnya seperti orang dewasa yang menganggur atau tidak bekerja. Rosulullaah sholallaahu ‘alayhi wassalaam bersabda, “Gerak anak di usia kecil akan menambah kecerdasaan akalnya”. Bahkan, al Quran menyebutkan fitroh bermain anak dalam kisah nabi Yusuf ‘alayhi salaam. Maka, biarkan anak banyak bergerak, bersikap lapang lah jika sesekali anak memecahkan gelas atau lainnya. Bahkan patut menjadi perhatian jika anak sedikit bergerak, kecuali jika dalam keadaan belajar.
Begitu pentingnya bermain bagi anak, maka ada panduan yang patut kita simak:
  1. Jangan batasi waktu bermain anak, tidak perlu memberi syarat lama waktu bermain di awal
  2. Berikan kesempatan sekali dalam seminggu bagi anak untuk bermain di tanah atau tempat yang lapang untuk ia berlari, melompat, memanjat, dsb. Biarkan anak bermain lepas.
  3. Jangan bosan jika anak mengajak kita bermain permainan yang sama berulang-ulang
  4. Manfaatkan permainan-permainan yang bermanfaat untuk mengobati akhlak anak (Dalam pemahaman penulis, ialah untuk mengajarkan adab, bagaimana berbicara, dsb. Perhatikan, ketika anak bermain boneka, anak meniru bagaimana kita mengasuh bayi kita).
Ibnu Sina memberikan penjelasan mengenai rutinitas anak pada usia ini dengan cukup detail, yang dapat dijadikan sebagai panduan:
  1. Setelah anak bangun tidur, biarkan anak tenang sebentar.
  2. Biarkan anak bermain untuk beberapa waktu.
  3. Setelah cukup bermainnya, beri ia makan sedikit.
  4. Biarkan anak bermain-main kembali.
  5. Setelah itu, beri anak sarapan pagi.
Rentang waktu yang cukup lama antara bermain dengan makan, sehingga anak tidak menolak makanan. Bahkan Ibnu Sina memberikan penjelasan mengenai penataan rumah yang sangat detail dalam pendidikan anak-anak (tidak dibahas lebih lanjut)
Melalui hadits, kita juga mengetahui bahwa Rosulullaah sholallaahu ‘alayhi wassalaam sangat sering bermain dengan anak-anak, cucu-cucunya, keponakannya, dan anak para sahabat. Ada suatu hadits yang meriwayatkan tentang Rosulullaah sholallaahu ‘alayhi wassalaam dan Abu Umair, anak kecil yang suka bermain burung; yang melalui hadits tersebut, Imam Syafi’i menurunkan hingga 100 istinbath mengenai pendidikan anak. Dari Rosulullaah sholallaahu ‘alayhi wassalaam kita melihat besarnya faidah bermain dengan anak, maka luangkan waktu untuk bermain dengan anak-anak kita.
2. Kebutuhan Berdialog
Perhatikan, al Quran mengangkat begitu banyak contoh dialog antara ayah dengan anaknya, misalnya Ibrohim ‘alayhi salaam dengan Ismail ‘alayhi salaam, Yaqub ‘alayhi salaam dengan Yusuf ‘alayhi salaam, Nuh ‘alayhi salaam dengan Kan’an, Luqman dengan putranya. Dialog-dialog tersebut dapat dijadikan panduan bagaimana berdialog antara ayah dengan anak.
Seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, anak pada usia ini memiliki gejolak bahasa. Sesungguhnya, pada masa-masa ini, Allah mempersiapkan seorang anak yang akan bersekolah untuk belajar berbahasa. Maka, orangtua sebaiknya mempersiapkan diri dalam berdialog dengan anak, termasuk halnya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anak-anak kita. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan ketika menjawab pertanyaan anak-anak. Pertama, berkata dengan jujur jika kita tidak tahu. Kedua, jika kita tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan anak, ajak anak untuk mencari informasinya melalui buku. Ketiga, upayakan bahwa pertanyaan itu memungkinkan diskusi lebih lanjut (open ended question).
Bahaya atau Ancaman bagi Anak
Anak pada usia ini merupakan peniru ulung (taqlid). Mereka juga seperti kamera dengan pixel yang sangat tinggi, yang dapat menangkap tindakan kita sekecil apapun. Dr. Musthofa Abu Sa’ad dalam bukunya yang berjudul “Anak-anak yang Bandel”, beliau mengatakan bahwa yang memprogram anak pertama kali ialah orangtua, karena anak akan meniru apapun yang orangtua ucapkan dan meniru sikap apapun yang orangtua tunjukkan.
Contoh, bagaimana kita bersiap-siap untuk menunaikkan sholat dapat memberikan teladan bagi anak dan memotivasi dirinya untuk mendirikan sholat. Jika kita memberikan teladan yang baik, maka kita tidak perlu repot-repot memberikan perintah sholat kepada anak ketika usianya tujuh tahun dan kita tidak perlu juga repot-repot memukul anak untuk menunaikan sholat ketika usianya menginjak sepuluh tahun. Diriwayatkan bahwa ketika Rosulullaah sholallaahu ‘alayhi wassalaam dan Aisyah rodhiyallaahu ‘anha bersiap-siap sholat, mereka seolah-olah tidak mengenal satu sama lain karena begitu fokusnya dalam mempersiapkan diri. Lalu, bagaimana kah kita memberikan teladan?
Jika pada fase taqlid ini, kita tidak memberikan teladan sebaik-baiknya kepada anak, maka dapat menjadi ancaman bagi pendidikan anak di fase selanjutnya. Pada fase ini, anak mencontoh kita sebagai sosok yang dikaguminya. Namun, ketika kelak anak memasuki usia sekolah, ia akan mulai mencontoh kepada siapa sosok yang dikaguminya, bisa jadi saja itu temannya, gurunya, atau orang selainnya.
Nilai-nilai yang Perlu Ditanamkan pada Anak
Pada usia ini, nilai yang perlu ditanamkan anak ialah bagaimana interaksi anak dengan al Quran, dalam hal bacaan, hafalan, tadabbur, hingga pengamalannya.

Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat untuk bisa diaplikasikan pada anak-anak kita. Aamiin

Tidak ada komentar:

Akar Kata [Mujarad] Dalam Bahasa Arab

Umumnya atau mayoritas akar kata dalam bahasa Arab terdiri dari 3 huruf  biasanya berharakat fathah.  Akar kata bahasa Arab ini biasanya  ad...