Gosip-isme (lucu)
Suasana suatu kantor
adalah satu kewajaran jika sekali-kali terjadi intrik dan penebaran gosip antar
karyawannya. Gosip terutama, adalah yang paling sering menjadi peramai suasana
kantor dan penggerak para karyawan berkerumun di jam-jam istirahat atau waktu
lowong dari pekerjaan.
Biasanya sich gosip
beredar di kalangan level manager ke
bawah, dan dilakukan oleh 87% wanita, sisanya pria,-yang gemulai maupun tidak.
Aku,
ehem...alhamdulillah tidak termasuk dalam penggemar gosip. Aku lebih memilih
jutaan elektron yang ditebarkan monitor didepanku untuk menyerang mataku
–pilihan bodoh yg dipaksakan-. Istilahnya ngoprek-ngoprek, apa sich dalemnya ni
komputer?.
Tapi ini bukan berarti aku
tidak tahu gosip yang sedang beredar.
Suatu hari teman
seperjuangan di kantor tercinta yang duduk persis di belakang aku terdengar
berbincang di telepon dengan seseorang -yang aku pastikan aku pun kenal dengan
lawan bicaranya itu. Tidak bermaksud nguping, tidak. Jarak kami dekat, hanya
dibatasi partisi, teman aku berbisik pun aku jamin aku dengar. Itu saking
dekatnya.
Aku pun dapat mengerti
dan menuliskan ulang bahwa sang lawan bicara ini menginformasikan sesuatu hal
yang baru, semacam penambahan fasilitas kerja untuk salah satu teman kami, yang
berita ini disambut dengan riang dan sedikit ledekan 'menggoda' teman aku
kepada lawan bicaranya itu.
Setelah selesai
bertelepon ria, sang teman ini dengan ikhlas dan penuh keriangan dilapisi
perasaan iri mengabarkan ulang berita yang dia dapat itu kepada teman satu
ruangannya, yang hanya dibatasi partisi, yaitu aku.
Seperti biasa, aku
hanya bisa merespon “oh ya?, hebat donk”. “Kapan ya kita dapet juga?”
sambungnya sambil pergi, entah kemana lagi teman aku ini akan menyebarkan
berita barunya.
Untukku pribadi sebagai
karyawan, berita itu tidak begitu berpengaruh. Tapi sebagai diri aku pribadi,
yang ada di hati aku adalah aku bangga dengan teman kantor yang mendapat
fasilitas kerja itu. Dia salah satu sahabatku, bangga donk.
Tidak membutuhkan waktu
yang lama untuk mendapati bahwa berita itu tersebar luas dan didengar oleh
sebagian besar penghuni kantor. Setengah hari cukup, berita itu sudah heboh.
Dan itu terjadi
dibelakang aku, komputer adalah teman sejati aku saat kejadian itu berlangsung.
Sampai kesesokan
harinya setelah kejadian telepon ceria teman aku itu, sore harinya ada sms yang
sengaja tidak aku kutip semua, tidak persis seperti aslinya, tapi ini poinnya.
“...kalau kamu tau soal berita 'ini', tolong jangan disebarin kemana-mana
ya?..”.
“What??!!” hey...sudah
beredar loch....dan.... whay me..? kenapa sms itu datangnya ke HP aku yang
mungil dan tidak berdosa itu? kenapa tidak ke teman aku yang lain? teman yang
duduk dibelakang aku yang hanya beda partisi itu minimal? kenapa aku? semua itu
terjadi di belakang aku kok, oh my God...!
Aku minta ampun gemes
dengan sms itu, tapi duch... ini dikirimkan oleh sahabat baik aku yang berita
akan mendapatkan fasilitasnya itu dijadikan gosip. Aku tidak yakin sahabat aku
ini bersms atas kehendak dia sendiri, aku memperkirakan ada instruksi dibalik
itu. Sahabat aku ini ada di kantor yang berbeda. Alih-alih mengobral geram,
maka aku memilih menjawab sms nya berikut “....kalau memang berita itu benar,
bersyukurlah. Tapi jika tidak, berdo'alah. Allah Maha Mendengarkan dan
Mengabulkan do'a”.
Tidak lama setelah itu,
aku mendengar bahwa atasan kami, -yang kemarin bertelepon ceria dengan teman
satu ruangan dengan aku itu- menitahkan kepada para punggawanya untuk
memerintahkan kepada entah siapa yang ada dibawah tanggung jawab mereka untuk
menghentikan tersebarnya gosip itu. Dan diinfokan juga, bahwa seharusnya berita
itu sementara hanya boleh ada di level midle to top management. -*bassee
banget gak sech?!*- 😊
Dan lagi-lagi aku
dibuat heran, karena aku salah satu yang mendapat telpon interogasi penghentian
gosip itu dari sang punggawa. Dipesankan untuk tidak menyebarkan lagi gosip itu
kalau sudah tahu. Kam……eett!!.
Bagaimana caranya dia
memilah siapa yang ditelpon, aku juga tidak mengerti. Yang jelas sich, kondisi
kantor kami tidak memerlukan seorang penyelidik bayaran untuk mencari tahu
biang kerok suatu kejadian. Kami masih mampu, dan gampang kok, bisa dilihat
dengan jelas sebenarnya. Skalanya kecil. Hanya karena kondisinya terlalu
kekeluargaan, jadi semua dianggap sama rata. Dan, aku yakin sang Punggawa ini
pun mendapat berita dari sumber yang sama sebelumnya. Jadi harusnya sudah tau
Dan bukan kah dengan
sistem telpon seperti itu, orang yang tadinya tidak tahu jadi tahu?
Ha..ha..ha... tambah
lebar dech..
Itulah makanya aku
tidak mau menjadi anggota kelompok gosip mania. Sangat lucu dan melucukan diri
sekali.
Aku tidak mengerti dan
masih heran, kenapa sms dan telpon itu juga diarahkan ke aku. Wach... ada
konspirasi negatif nich..
Hey... datanglah kau
wahai gosip, maka kau ku tendang!!!!!
Sepertinya mereka belum
tau siapa yang menjaga aku. Tidak bermaksud sombong, tapi Allah bersamaku, bos…
Kalau mau dirunut,
kejadian ini pernah aku alami sebelumnya. Topiknya berbeda, -lebih hot malah-
hehehe…, para pelaku juga hampir sama semua. Alhamdulillah semua teratasi dengan
baik.
Ke depan, aku akan dan
harus lebih siap dan waspada atas gosip-gosip yang beredar diatasnamakan ke aku
lagi.
Ya Allah, terima kasih
atas pelajaran yang berharga yang Engkau ajarkan untuk hamba. Terima kasih atas
kasih sayang yang selalu tercurah kepada hamba. Terima kasih atas penjagaan-Mu
yang menyamankan hamba. Tegur hamba jika hamba lalai ya Allah.
Haturkan pula kasihsayang-Mu
untuk teman-teman dan sahabat-sahabat hamba di kantor, ya Allah. Tajamkan
pengertian mereka bahwa Engkau Maha Melihat dan Mengetahui.
Amien.
22.22
Leuwinanggung 300308
Tidak ada komentar:
Posting Komentar