Sekitar bulan Januari
atau Pebruari, saya tidak ingat pastinya, rekan senior di PTJ menginformasikan
ke saya bahwa PTJ akan mengadakaan Piknik. Sebuah informasi yang menggembirakan
bagi keluarga PTJ. Karena sudah 12 tahun –menurut yang sudah bekerja melebihi
masa itu- PTJ tidak mengadakan piknik lagi. Untuk saya, 12 tahun adalah masa
kerja saya lebih 10 bulan. Artinya piknik yang akan saya ikuti itu adalah yang
pertama selama saya bekerja.
Rekan senior yang menginformasikan
tentang piknik itu, yang ahli sekali meng-arrange piknik, yang luar biasa mahir
memanage pemesanan tiket maupun hotel untuk dewan direksi sampai teman tehnik,
sambil menginformasikan itu, beliau bilang “nanti kamu jadi panitianya ya?”
Oh tentu, saya senang
sekali dengan ajakan itu, saya sedang dapat melakukan sesuatu untuk semua
anggota keluarga PTJ-MI, saya senang bisa melayani orang lain.
Di kepanitiaan piknik
ini diketuai oleh Ibu Nenden Afsianti –sang rekan senior- dan diwakili oleh Kristiawan,
dengan anggota panitianya Agung Sutopo, Acep Suganda, Neny Setyaningsih, Anne
Situmorang, Lilis Kurnia Wati, Kresentia K. Fungsin, Djoko S. Pamudji, Aliasar,
Sigit Sutrisno, Andi Supriono, Muhuji Amin, Hennry Nusa Satria, Triyana, Lutfi
Adhaeri, Sapto Adi Kurniawan, Nena Haryani, Anton Ponawan, Pak Yudhi (KK's
husband) dan saya. Piknik diberi nama Family Gathering PTJ-MI, dan peserta
turut membawa keluarga mereka.
Hari Sabtu, 3 Mei
2008 adalah hari keberangkatan gathering yang diadakan di Lembang Asri.
Keberangkatan berpusat di PTJ. Awalnya, karena saya termasuk yang berangkat
satu hari lebih dulu, sempat khawatir kalau teman-teman panitia yang mengawal
keberangkatan kewalahan dan mengakibatkan keterlambatan. Ternyata informasi
yang kami dapat, bus yang membawa semua peserta berangkat tepat waktu. Dan
sampai lokasi pun tepat waktu. Wonderful.
Sampai lokasi semua
peserta langsung disambut, kemudian diarahkan ke restoran Cempaka. Di restoran
ini semua peserta dimintakan untuk saling berinteraksi antar peserta sambil
menikmati hidangan makan siang. Dan berikutnya adalah istirahat dan acara bebas
untuk semua peserta.
Pukul 15.30 peserta
karyawan diminta untuk kembali berkumpul di ruang lt2 dari restoran Cempaka,
untuk mengikuti acara selanjutnya yaitu beberapa sambutan dari para direksi dan
permainan-permainan yang dipandu oleh team Pro-gnosys.
Kami sangat menikmati
acara-acara atau permainan-permainan yang luar biasa mengandung banyak ilmu
itu. Menurut saya team Pro-gnosys juga merupakan team yang luar biasa.
Bagaimana tidak luar biasa, mereka dapat mengarahkan kami yang –kita sama-sama
tahu lah- jika diberi arahan didengarkan tapi kadang tidak memperhatikan, dan
jika diberi arahan suka asik ngobrol sendiri, tidak semua tapi banyak –termasuk
saya-, menjadi kompak. Tidak ada kesulitan yang berarti saya lihat yang dialami
team Pro-gnosys.
Dari permainan
mengambil makanan-makanan yang ditebar dibeberapa area yang sudah ditentukan
melalui papan yang disanggah benda/krat supaya tidak mengenai tanah. Jika menyentuh
tanah, gugur dan hasil yang didapanpun harus dikembalikan. Seru, semua merasa
bisa mengambil makanan itu. Semua merasa paling jagoan untuk yang paling banyak
mengambil makanan itu, semua mengambil ancang-ancang untuk mengambil yang
paling jauh sekalipun,-termasuk saya- sampai ada yang berteriak “Dengarkan,
dengarkan saya!, beban kita terlalu berat, masanya akan lebih berat di ujung
sini, kalian pasti jatuh dan menyentuh tanah!, ambil yang dekat dulu!”. Silent.
Saya berfikir, -yang lain juga mungkin- kalau hal itu ada benarnya, tapi
didalam diri ini memberontak, saya masih bisa mencoba lagi kok, bisa ach,
tinggal agak dimiringkan sedikit lagi papannya dan badan saya agak maju
sedikit, tangan saya kan panjang, pasti bisa. Tapi pendapat sudah masuk quorum
untuk tidak diteruskan, jadi kami menang di area kedua saja.
Permainan kedua, kami
diharuskan melalui suatu jalur yang dibatasi tali-tali setinggi setengah meteran
dan kami tidak diperkenankan meyentuh tali itu, alias kami harus merangkak
dengan tetap bersentuhan dengan anggota masing-masing kelompok menuju ke tempat
di depan kami yang berjarak +2 meter, berkumpul jadi satu di tempat atau
bundaran yang sudah ditentukan dengan ukuran 1x1m dan tidak boleh menyentuh
talinya. Dengan anggota kelompok yang memiliki
berat badan di atas rata-rata kami terpaksa sedikit melanggar peraturan. Itu
pun kami harus mengulang beberapa kali untuk sampai daerah aman itu, karena
kami tertangkap mata oleh team Pro-gnosys kalau anggota badan kami menyentuh
tali. Sempat membuat kami gemas dan penasaran, masa sich tidak bisa yang
seperti ini saja, ini biasanya terjadi kalau sudah sedang narsis mode:on, ingin
menunjukkan paling bisa. Ada yang lucu juga, kelompok kami semua sudah masuk
zona aman satu dan sebagian sudah di zona aman dua, ada yang saking penasaran
dan ingin terus memastikan bahwa teamnya dalam kesesuaian peraturan dan sampai
zona aman ke tiga dengan segera, sampai lupa dan beliau keluar dari zona aman
satu. Yang akhirnya membuat putus jalur, dan kami harus memulai dari awal lagi.
Semua. Tahu yang dirasakan dan diteriakkan anggota team? Dengan muka memelas,
serempak! “yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”. Hehehehe… that’s the games
are for kan…
Permainan di hari pertama usai, dilanjutkan dengan kilas balik penerapan
dan nilai dari permainan-permainan yang sudah kami lalui kemudian makan malam
bersama. Acara makan malam diiringi organ tunggal dengan dua artisnya yang
cantik-cantik dan dibarengi dengan pemberian hadiah serta doorprize.
Setelah makan malam, karaoke bersama sambil menyalakan api unggun, dengan
diberi sajian makanan traditional serta minuman bandrek dan bajigur. Hmm...
hangat. Waktu makan malam diajak Ibu Nenden untuk nyanyi bareng di panggung,
jawaban saya seperti biasa, pasang senyum manis dan geleng atau “gak ach”. Tapi
di acara karaoke, saya terbawa suasana. Apalagi setelah melihat Ibu Dina Aloys
yang semangat sekali bernyanyi dan kalau sudah dengar lagu dangdut langsung
joget patah-patah ala Anisa Bahar. Ya ampuuuuuuun, Bu, kok yo aku sing isin,
hehehe. Dengan logat jawanya “Ayo cepetan kita nyanyi, aku udah kebakar
semangat nich”. Top dech Ibu yang satu ini.
Dina Aloys: “Kok gak ada yang milih lagu Broery sama Dewi Yul sich, ini kan
bagus lagunya”
Diena : “Ya uda Mbak, tinggal bilang aja ke DJnya nomor berapa”
Dina Aloys: “Aku gak bisa nyanyinya”
Diena: “loch!”
Dina Aloys: “Hehehe… aku suka dengerinnya kalo lagu Broery sama Dewi Yul,
gak bisa nyanyinya, aku ngikutin aja…”
Kalau Pak Acep dengar percakapan ini, pasti akan bilang, “capee deeech….”
Hehehehe…
Jam 23.30 kami menutup acara karaoke dengan lagu Lilin-lilin kecil dan
Kemesraan. Duch, saya betul-betul terbawa emosi, dengan kuat saya
mempertahankan air bening hangat yang sangat ingin keluar dari mata saya.
Hari Minggu, 4 mei 2008 acara dimulai
dengan makan pagi bersama, kembali di restoran Cempaka, kalau kemarin sarapan
bubur, kali ini saya makan nasgor. Rasanya lumayan.
Acara setelah sarapan, kembali kami
berhadapan dengan team Pro-gnosys. Termasuk semua keluarga, mereka juga ikut
bermain tapi terpisah.
Permainan untuk karyawan kali ini dibuat
sedemikian rupa sehingga semua kelompok satu sama lain terkait kerjasama untuk
dapat meloloskan hasil bersama. Permainan yang luar biasa. Luar biasa sulit
maksudnya, tapi fun. Tapi sebetulnya tidak sesulit itu, kalau kami memiliki
kesabaran, konsisten dengan yang sudah ditetapkan dan konsentrasi. Tapi kadang
kan kalau sudah banyak orang banyak suara seperti di lapangan itu, kosentrasi
buyar, dan gaya pura-pura jadi motivator dan pemimpin lebih menonjol. Tapi ya
itu lah yang sedang kami pelajari. Saya juga sempat bingung dengan suasana yang
rame itu, “Mbak Diena kurang tarik!”. Oh iya, kalau talinya kurang kencang
ditarik kita kurang memiliki
keseimbangan untuk bisa memberi jalan untuk bola itu dengan mulus. Tapi
kalau terlalu kencang ditarik, kita juga kadang terlupa dengan tiba-tiba
melepasnya sehingga mengganggu belahan peralon berikut yang sedang membawa
bola, yang akhirnya bola terpelanting ke tanah. Dan gugur sudah kalau sudah
jatuh. Hutang bertambah. Dengar-dengar hutang kami dipermainan ini adalah 3 milyar!
Siapa yang bisa bayar, sedangkan bola-bola yang termahal yang seharusnya
digoalkan sudah gugur berjatuhan. Tapi kami tidak berhenti bermain sampai waktu
benar-benar habis.
Saya senang sekali dengan kebersamaan
dua hari itu. Semua wajah yang saya coba pandangi satu persatu, tidak
menunjukkan ketidak gembiraan. Walaupun ada juga wajah yang entah apa yang
difikirkan, raga beliau ada disini, tapi fikiran sedang merancang sesuatu,
tidak disini, tapi nanti. Ada juga yang menujukkan wajah penuh strategi, setelah
ini apa ya. Ada yang sedang memikirkan, tempat mana lagi nich bisa dimanfaatkan
untuk baca buku. Serta ada yang kalau mau diperhatikan lebih dekat lagi, jika
wajah itu bisa berbicara, dia akan bilang “duch, kok saya gak berani ya untuk
bilang?”
Saya sendiri berusaha untuk benar-benar
ada disana, saya harus bisa memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, supaya
saya bisa lebih dekat lagi dengan teman-teman, dengan keluarganya, dengan
atasan. Dengan atasan, saya tidak merasakan jarak dua hari itu. Walaupun saya
tetap berusaha hormat pada beliau-beliau. Beliau-beliau adalah
atasan yang menyenangkan to work and play with. Bermainnya tentu bermain yang
edukatif.
Dalam permainan-permainan saya melihat itu semua. Merangkak
bareng, dempet-dempetan bareng, dikerjain Pro-gnosys bareng, kasih support,
bahkan di”aniaya” bawahan juga ada, tapi tetap senyum bahkan tertawa. So fun.
Selesai permainan terakhir, seperti biasa ada kilas balik
untuk semua permainan yang kami jalani. Pro-gnosys meminta kami untuk berkelompok
sesuai divisi. Saya adalah yang paling cantik di divisi sales. Tidak ada saingan, tidak mungkin kan
saya bersaing dengan Hennry, jauuuooh.
Semua pembahasan kilas balik mayoritas
mengarahkan kita untuk bisa bekerja sama dengan baik. Itu terbukti pada saat
team Pro-gnosys membagikan kertas kuning yang berisi harapan-harapan dari
teman-teman. They are actually aware with cooperation in team. Hanya memang
harus ada leader atau pemimpin yang terus mendorong yang kurang bersemangat dan
memberdayai yang masih penuh semangat dengan segala fasilitas perberdayaannya
itu.
Diujung acara, Pro-gnosys meminta kami
untuk membuat suatu yel-yel dan moto untuk masing-masing divisi. Kami langsung
ngariung, berembuk dengan semua anggota divisi. Dan yang paling cepat menentukan
yel-yel dan moto adalah team sales. Pastinya, sang maestro masuk di divisi
kami. Semangat tinggi dong. Dari team admin saya lihat Pak Acep sedang pw alias
mengambil posisi wenak untuk nulis di kertas yang ada di lantai.
Berikut yel-yel sekaligus moto untuk
tiap divisi;
Team sales:
Fighting spirit
Optimized
Commitment
Unbeatable
Success
|
Team tehnik
Synergy
Initiative
Active
Productive
|
Team admin
Siap
Melayani
Semua
|
Semoga semua itu bisa terus diingat
dan diterapkan.
Pukul 12.00 kami siap-siap kembali ke Jakarta. Kalau awal berangkat saya ikut
team advance dengan inova, saya sengaja pilih pulang ikut bus dengan
kawan-kawan. Karena terbayang akan lebih banyak senyum dan tawa lagi yang saya
dapatkan. Sempat bus yang saya ikuti, yang diketuai oleh Pak Djoko mengalami
kerusakan AC, puanasnya minta ampun, padahal di luar hujan. Mengenaskan sekali
kan. Sampai ada yang mabok.
Pak Yudhi: “kita komplain aja ke pihak
bus, kalau perlu gak usah kita bayar”
Ibu Ika: “orang kita udah bayar”
Pak Yudhi: “oh uda bayar?, kalau gitu dimasukin koran aja
kalo perlu…”
Itu sebagian obrolan saat mobil puanas.
Pak Djoko langsung berkoordinasi dengan
pihak Blue Bird di Jakarta untuk mengatasi masalah ini. Blue Bird berjanji akan
mengirim armada baru yang lebih baik dari Jakarta dan kami akan dijemput dalam
perjalanan. Dan itu benar, tidak jauh setelah kami melewati Ciampelas, armada
baru datang, ya walaupun kami sempat menunggu sekitar 30 menit , tapi itu tidak
terasa, karena teman-teman di bus 1 ikut turun dan menemani kami menunggu. So
lovely.
Bus pengganti 2 kali lebih bagus
kelasnya dengan bus yang awal, pihak blue Bird benar-benar berusaha menunjukkan
komitmennya dalam pelayanan. Luar biasa. Yang tadinya kami kepuanasan, sekarang
kami menggigil kedinginan!.
Dengan logat jawa;
Lutfi: “Pak Djoko, tolong bilangin ke supirnya, ACnya matiin
kami kedinginan”
All: “huahahahahaha………”
Sapto: “ach musiknya gak enak nich”
Lutfi: “Iya, bilangin aja ke supirnya,
musiknya gak enak gitu, kita minta ganti busnya lagi aja…”
Nasrul: “kita? eloe aja kali, gue
enggak”
Itu
sebagian celotehan saat mobil duingiiiin.
Kemesraan ini janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini Inginku kenang selalu
Hatiku damai, jiawaku tentram disampingmu
Hatiku damai jiwaku tentram bersamamu
………………
Dan kau lilin-lilin kecil sanggupkah kau mengganti
Sanggupkah kau memberi seberkas cahaya
Dan kau lilin-lilin kecil sanggupkah kau berpijar
Sanggupkah kau menyengat seisi dunia
END
Diena Hudiana A.
050508
Tidak ada komentar:
Posting Komentar