Selasa, 01 April 2014

Insya Allah itu kalau belum pasti…



Bismillahirahmaanirrahiim..

Kupanjatkan doa, permohonan dan pengaharapan hanya kepada Allah SWT, Yang Maha Berkasihsayang, Yang Maha Mencintai dengan kecintaannya yang murni, dengan kasih sayangnya yang tulus tiada banding. Shalawat dan salam tercurah untuk baginda tercinta Rasulullah SAW, yang sangat-sangat kurindukan.

Semoga Allah menjaga hati dan fikiranku, serta tanganku dalam upayaku menuliskan satu hal yang ada dibagian kecil fikiranku. Terlalu banyak sebetulnya yang aku fikirkan dan ingin aku tuliskan, terlalu banyak rencana dan pengharapan yang ingin sekali aku wujudkan menjadi suatu gerak nyata. Insya Allah, dan semoga yang aku fikirkan dan rencanakan ini mendapatkan ridho dari-Nya. Karena hanya dengan ijinnyalah segala sesuatu itu terwujud dan menjadi penuh  manfaat.

“Dan milik Allah lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” [4:189]

Aku tidak bermaksud takabur tentu saja, bahwa semua cita-citaku yang sudah kugapai mendapat ridho dari-Nya. Oleh karenanya insya Allah, perkenan-Nya mengiringi cita-citaku.

Setiap kita akan mendapatkan selipan rasa damai jika yang kita sematkan dalam sebuah janji baik besar maupun kecil, selalu disandarkan hanya kepada Allah. Karena hanya Dialah sebaik-baik tempat bersandar, tempat bergantung

“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” [112:2]

Dijaman sekarang ini, -sayang sekali-, kata insya Allah dikenal dengan pelemah janji. Jika jawaban kita akan janji misalnya “Ok, insya Allah saya hadir”. Hal ini tidak diperhitungkan sebagai komitmen yang tinggi. Bagaimana tidak, Allah Mahatinggi. Banyak yang menafsirkan bahwa yang menjawab ini kecil kemungkinan untuk bisa datang. Atau akan ditimpali dengan kata-kata “Ah, jangan insya Allah dong. Kamu pasti datang gak?”. Waduch… kacau sudah dunia kang aw.

Sang pemberi janji maupun penerima janji dengan contoh di atas tidak menyadari bahwa hanya Allah-lah yang Maha Menetapkan suatu janji atau mengadakan suatu kejadian. Mereka menyepelekan-NYa, astagfirullah. Sudah tahu kan bahkan kepakan sayap nyamuk pun untuk bisa terbang karena ijin Allah? Daun kering berguguran atas ijin-Nya? Nafas kita masih teratur sampai dengan saat ini juga karena Allah masih mengijinkan kita untuk bernafas. Semut menggigit kaki kita juga dijinkan Allah.

Jika kita tidak menyandarkan ucapan janji kita kepada Allah, kepada siapa lagikah kita sandarkan? Jika kesehatan diujikan kepada kita saat janji itu menjelang dan akhirnya kita tidak dapat memenuhi janji, tidak kah tersadar bahwa itu sebagai teguran dari-Nya? Atau bahkan jika ternyata kita tidak diberi umur panjang untuk memenuhi janji itu. Tersadarkan kita bahwa hanya Allah-lah yang Maha Menetapkan, Maha Berkehendak? Sayangnya, banyak dari kita terlupa akan hal ini.

Ada satu lagi yang pernah saya dengar seorang teman berkata, “Insya Allah itu kalau belum pasti, kalau sudah pasti tidak perlu lagi bilang insya Allah…”.

Ya Robb, aku berlindung hanya pada-Mu dari segala keangkuhan dan kekerasan hati. Tiada pantas sama sekali hamba menyombong diri.

La hawla wala kuwwata illah billah..

Tidak ada komentar:

Pengertian Isim dan Ciri-cirinya

Isim   ( إسم )  adalah setiap kata yang menunjukkan kepada manusia, hewan, tumbuhan, benda mati, tempat, waktu, sifat atau makna-makna yang ...