Bismillahirahmanirrahiim.
Allahumma salli’ala Muhammad, allahumma salli’ala Muhammad, allahumma salli’ala
Muhammad.
Judulnya
berat, tapi insyaAllah penulisannya diupayakan untuk tidak melenceng jauh dari
maksud judul tersebut di atas. Dan semoga Allah Yang Maha Menggenggam segala
sesuatu, baik yang terlihat maupun tidak terlihat, membimbing jari-jemari
hambaNya yang ada keinginan untuk menulis ini untuk menuliskan hal yang sesuai
dengan rahmat dan ridhoNya. Amin.
Belajar
dari tempat kajian yang pernah rutin maupun tidak rutin diikuti dan dari
buku-buku ilmu keislaman yang dibaca, memunculkan kesimpulan bahwa keimanan dan
keyakinan adalah membuncahkan di dalam hati kita akan kebesaran Allah swt.
Menjiwai kalimat laa illaaha illallah, bahwa Allah Swt lah Yang Maha Besar dan
Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Maka jika kita sudah mampu mengimani
kebesaran Allah ini, semua hal selainNya, kecil. Sehingga apapun yang kita
fikir dan lakukan kita yakin bahwa itu adalah seijin dan sekehendakNya. Yang
terlihat maupun tidak terlihat. Untuk membuat sesuatu, Allah Swt tidak
memerlukan pertolongan makhluk. Sedangkan kita sebagai makhluk Allah Swt akan
pasti memerlukan pertolongan pada tiap hal yang akan kita lakukan. Bantuan dari
Allah melalui sesama makhluk yang terlihat maupun dari yang tidak terlihat. Itu
pasti.
Belajar
yakin bahwa jika sakit yang menyembuhkan adalah Allah bukan dokter atau obat.
Yakinkan bahwa hujan itu turun bukan karena musim tapi karena kehendak dan ijin
Allah swt. Yakinkan, bahwa rizki datang itu bukan karena kita punya gaji, tapi
karena sudah ketetapan Allah kita diberi asbab memiliki pekerjaan sehingga
memiliki gaji. Mudah bagi Allah untuk membolak-balikkan semua nasib makhlukNya.
Manusia hidup berdasarkan rizki yang ditetapkan Allah, apabila jatah rizki
sudah habis maka habis pula jatah bernafas kita di dunia, alias dikubur.
Kemudian
apabila kita mulai faham mengenai kebesaran Allah Swt, maka kita cek dalam diri
kita, ke dalam hati kita sudah benar belum pemahanan itu terpatri. Keseharian
kita sudah belum karena dan untuk Allah Swt?. Apakah shalat kita sudah karena
Allah Swt, bukan hanya karena itu kewajiban, bukan juga karena malu dilihat
makhluk lain tidak terlihat sholeh karena tidak shalat atau jika shalat kita tidak
terlihat baik. Serta tidak lagi dalam shalat-shalat kita terganggu dengan
hal-hal lain yang manari-nari dalam fikiran kita bahkan saat setelah takbir
pertama? Sudah belum kita menutup aurat sebagaimana kita menutup aurat dalam
shalat? Sudah belum kita tawadhu sebagaimana kita berusaha tawadhu dalam
shalat, atau sudah belum kita mengagungkan Allah Swt sebagaimana kita lakukan
itu dalam shalat? Atau sudah belum kita sadar sesadarnya bahwa shalat adalah
waktu kita untuk menghadap Allah Swt, bahwa yang artinya Allah Swt ada
dihadapan kita? Sudahkah kita merasa diperhatikanNya?
Secara
keduniawian, sudahkah kita mencari rizki karena Allah? Sehingga pada saat kita
sibuk bekerja kita tetap tidak lalai dengan perintah-perintahNya. Pada saat
kita muamallah apapun bentuknya kita tidak bersenggolan dengan laranganNya.
Sesibuk apapun kita, shalat tetap di awal waktu, shalat di masjid bagi yang
laki-laki, dzikir sesudah shalat maupun saat bekerja, mengiringi kegiatan kita
dengan mengingat yang diperintahkanNya dan yang dicontohkan RasulNya.
Dengan
demikian, jika kita mampu menjalankan tugas kita sebagaimana sedikit penjabaran
diatas, maka Allah Swt akan mematrikan sifat-sifat yang mulia pada diri kita.
Sifat-sifat yang dicontohkan Rasulullah saw. Meninggikan derajat ketaqwaan
kita. Kemudian memancarkan sifat itu keluar dari diri kita untuk menebar pada
lingkungan sekitar dan orang-orang yang ada di sekeliling kita. Sehingga mudah
berkasih-sayang dengan sesama umat maupun antar umat, menghormati yang lebih
tua dan menyanyangi yang muda, serta tidak mudah terpancing emosi. Sehingga
tercapailah kedamaian dan maksud bahwa Islam adalah rahmatan lil’alamiin.
Kita
diwajibkan untuk belajar atau menuntut ilmu sebagaimana sabda Rasulullah saw; “Mununtut ilmu adalah wajib bagi setiap
muslim lelaki dan muslim wanita”. Mari kita belajar, mengutamakan belajar
ilmu tentang hakekat keimanan dan keyakinan ini, sebelum ilmu-ilmu yang lain. Bersihkan niat belajar kita karena
Allah Swt, pada saat belajar mengingat bahwa Allah Swt lah yang berkehendak
minitikkan ilmu yang kita pelajari itu terpatri dalam diri kita. Sehingga pada
saat ilmu sudah sampai dalam diri kita, maka kitapun akan tetap ingat untuk
mengamalkannya karena Allah Swt.
Demikian
insyaAllah, semoga bermanfaat. Dan semoga Allah Swt menjadikan hambaNya yang
masih sedikit belajar ini bagian dari hamba-hamba Allah Swt yang dimampukan
untuk menuntut ilmu Allah Swt lebih luas lagi. Amin.
Wallahu
a’alam bissawab.
Oh Tuhanku, Kau pimpinlah diri ini yang
mendamba cintaMu
Aku lemah, aku jahil tanpa pimpinan dariMu
Kau pengasih Kau penyayang Kau pengampun
Kepada hamba-hambaMu
Selangkahku kepadaMu seribu langkah Kau
padaku.
Tuhan diri ini tidak layak ke surgaMu
Tapi tidak pula aku sanggup ke nerakaMu
(Raihan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar