Sabtu, 04 Januari 2014

Waktu



Terlalu banyak waktuku terbuang sia-sia
Terlalu sering waktuku melayang tanpa kompromi
Aku masih disini, sedang waktu entah sudah berada dilapisan mana.
Sudah mensukseskan siapa?
Sudah mensolehkan siapa?
Sudah mempercantik siapa?
Tapi aku masih disini, masih seperti yang dulu.
Ditinggalkan oleh waktu.

Ya Robb, aku semakin termakan waktu.
Aku goyah menjalani waktu.
Sisipkanlah Ya Robb….
Sedikit kekuatan untukku
Beriringan dan bersahabat dengan sang waktu

Tak pandai aku merayu-Mu wahai Robb
Hanya mohon yang aku sampaikan penuh dayu
Lembutkan hatiku dengan belaian lembut uji dari-Mu
Sukseskan lahir batinku dengan kasih sayangmu
Percantik aku dengan cahaya-Mu

Ya Robb, dekatkan aku pada-Mu bersama sisa waktu-waktuku

Jumat, 03 Januari 2014

Memaknai Kesuksesan


Bismillahirahmanirrahiim..

Salawatku dari lubuk hati terdalam teruntuk Nabiullah tercinta, semoga safaatmu menyertaiku selalu.

Tahunan kerja, tahunan ngabdi kepada makhluk, banting tulang dengan tugas-tugas keduniaan. Harta benda masih biasa-biasa saja, tempat duduk dari dulu juga tidak beda, cuma lebih besar sedikit. Meja lebih besar sedikit. Pendapatan juga naik sedikit. Komputer malah lebih kecil, bisa dibawa kemana-mana sich. Masih santai juga bareng para angkoters lain dan supir plus keneknya dalam satu kendaraan ke arah tempat kerja dan balik ke rumah. Mau makan di resto juga masih mikir panjang, bukan apa2, mahalnya itu yang kadang bikin gak bisa nabung. Sayang kan, gak bisa nabung cuma gara2 nafsu.

Jadi kalo ada yang bilang “enak ya kamu udah sukses, udah hidup enak”, melihatnya darimana? Kalo ditanya “tau darimana udah sukses?” “ya keliatan lach, hidupnya keliatan selalu seneng, udah bisa bantu ini itu, gak keliatan punya masalah gitu”.

Hmm... masa sich…. mikir mode: on.

Artinya kalau orang hidupnya udah kelihatan seneng dan terlihat gak punya masalah itu akan dinilai sebagai sukses. Padahal setiap orang pasti akan punya masalah. Besar kecil tetep judulnya masalah. Gak harus kelihatan punya uang banyak atau mobil minimal 3 motor 5. Kalau punya segala tetep terdengar cerita penderitaan, gak jadi kelihatan suksesnya. Yang ada “kasihan ya dia”. Lantas bagaimana caranya supaya masalah-masalah itu tidak keliatan dan orang lain menilai kita sebagai orang sukses?

Sukses itu tidak bisa hanya dilihat dari lahirnya saja. Sukses juga harus dirasakan oleh batin. Karena banyaknya harta tidak menjamin kesenangan dan kebahagiaan bagi pemiliknya. Rumah megah dan harta berlimpah tapi setiap bulan dikerjar hutang, bukan sukses namanya. Sukses itu kesenangan dan kebahagiaan lahir dan batin, tidak ada pengganggu. Dan itu tidak bisa ditawar. 

Jaman sekarang hampir setiap orang ingin jadi pembaca berita, tiap harinya cerita baru dan lama bertebaran. Masalah-masalah yang seharusnya ditutupi malah dijadikan bahan cerita bahkan olok-olok. Bagaimana coba masalah bisa tidak kelihatan. Banyak dari kita malah bangga dengan bercerita masalah-masalah yang sebetulnya aib, bahkan aib sendiri. Seakan tidak sadar kalau sudah memperolok diri-sendiri. Na’uzubillah. Semoga Allah jadikan kita termasuk golongan yang Allah tutupi aibnya. Amin.

Persoalan menutup aib atau menjaga supaya tidak terlihat punya masalah, sebetulnya adalah persoalan sifat dan sikap kita sendiri. Bagaimana kita menyikapi masalah yang kita hadapi. Sama halnya dengan kesuksesan yang sedang kita coba bahas, tergantung dari sifat dan sikap kita yang kita miliki.

Sebagai seorang muslim, Rasulullah SAW adalah uswatun hasanah. Contoh dan teladan terbaik kesuksekan. Bagi siapa saja yang mengenal sejarah beliau, akan mengakui kesuksesan beliau yang berhasil membawa kota mekah yang jahil menjadi kota penuh ilmu. Berhasil membawa manusia dari kegelapan pada kehidupan yang terang. Kesuksesan beliau dunia dan akhirat. Dan itu dijamin oleh Allah SWT. Sekarang bagaimana caranya kita mencontoh sifat-sifat beliau, bagaimana caranya mencontoh  untuk bisa sukses dunia maupun akhirat, sukses lahir dan batin seperti beliau?. Kegelisahan untuk sukses ini seharusnya kita tanamkan dalam hati, sebagaimana sahabat Nabi dulu berlomba-lomba untuk bisa sukses sebagaimana suksesnya Nabi. Walaupun takkan mampu menyamai kesuksesan tersebut, tapi minimal kalau kita coba untuk terus mencontoh lama-lama insyaAllah kita dapatkan sukses itu.

Rasulullah yakin akan la illaaha illallah lahir dan batin, begitu juga para sahabatnya. Kita sudah yakin belum? Kalau kita yakin bahwa kerja sumber kesuksesan, punya banyak uang berarti sukses, berarti belum ada la illaaha illallah dalam hati kita. Kalau kita masih yakin bahwa jika sakit solusinya ke dokter, masih gagal iman kita. Atau kalau hujan turun karena cuaca, gagal pula iman kita.

Rizki datangnya dari Allah, sehat dan sakit, kaya dan miskin kehendak Allah. Sampai hal terkecil yang tidak terlihat mata bisa bergerak juga qadarallah. Itu semua ujian iman. Tergantung kita mau menyikapi hal-hal yang terjadi di depan mata kita bahkan yang kita alami sendiri seperti apa. Kembali kepada Allah atau makhluk? Sakit yang diingat langsung dokter, punya masalah datang ke orang pintar, makhluk dan makhluk saja yang masih ada di fikiran kita. Padahal Allah sudah jamin kalau kita datang mohon ampunan kepada Allah, maka Allah ampuni, datang meminta kepada Allah maka Allah akan beri. Ingatlah Allah maka hati akan menjadi tenang. Baru mengingat saja sudah Allah janjikan ketenangan, apalagi kalau kita betul-betul dekat sama Allah.

Uraian diatas adalah upaya mendapatkan kesuksesan batin. Apabila kesuksesan batin sudah didapatkan, maka kesuksesan lahir akan Allah penuhi.

Dan carilah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Rasulullah dan para sahabat menghadapi masalah dengan langsung ambil wudhu dan shalat 2 rakaat. Maka pertolongan Allahpun menyertai mereka.

InsyaAllah, apabila kehidupan kita sudah mampu mengikuti/mencontoh seperti kehidupan Nabi, maka kita akan mendapat kesuksesan itu, lahir dan batin, dunia dan akhirat.

Kamis, 02 Januari 2014

Keimanan dan Keyakinan


Bismillahirahmanirrahiim. Allahumma salli’ala Muhammad, allahumma salli’ala Muhammad, allahumma salli’ala Muhammad.

Judulnya berat, tapi insyaAllah penulisannya diupayakan untuk tidak melenceng jauh dari maksud judul tersebut di atas. Dan semoga Allah Yang Maha Menggenggam segala sesuatu, baik yang terlihat maupun tidak terlihat, membimbing jari-jemari hambaNya yang ada keinginan untuk menulis ini untuk menuliskan hal yang sesuai dengan rahmat dan ridhoNya. Amin.

Belajar dari tempat kajian yang pernah rutin maupun tidak rutin diikuti dan dari buku-buku ilmu keislaman yang dibaca, memunculkan kesimpulan bahwa keimanan dan keyakinan adalah membuncahkan di dalam hati kita akan kebesaran Allah swt. Menjiwai kalimat laa illaaha illallah, bahwa Allah Swt lah Yang Maha Besar dan Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Maka jika kita sudah mampu mengimani kebesaran Allah ini, semua hal selainNya, kecil. Sehingga apapun yang kita fikir dan lakukan kita yakin bahwa itu adalah seijin dan sekehendakNya. Yang terlihat maupun tidak terlihat. Untuk membuat sesuatu, Allah Swt tidak memerlukan pertolongan makhluk. Sedangkan kita sebagai makhluk Allah Swt akan pasti memerlukan pertolongan pada tiap hal yang akan kita lakukan. Bantuan dari Allah melalui sesama makhluk yang terlihat maupun dari yang tidak terlihat. Itu pasti.

Belajar yakin bahwa jika sakit yang menyembuhkan adalah Allah bukan dokter atau obat. Yakinkan bahwa hujan itu turun bukan karena musim tapi karena kehendak dan ijin Allah swt. Yakinkan, bahwa rizki datang itu bukan karena kita punya gaji, tapi karena sudah ketetapan Allah kita diberi asbab memiliki pekerjaan sehingga memiliki gaji. Mudah bagi Allah untuk membolak-balikkan semua nasib makhlukNya. Manusia hidup berdasarkan rizki yang ditetapkan Allah, apabila jatah rizki sudah habis maka habis pula jatah bernafas kita di dunia, alias dikubur.

Kemudian apabila kita mulai faham mengenai kebesaran Allah Swt, maka kita cek dalam diri kita, ke dalam hati kita sudah benar belum pemahanan itu terpatri. Keseharian kita sudah belum karena dan untuk Allah Swt?. Apakah shalat kita sudah karena Allah Swt, bukan hanya karena itu kewajiban, bukan juga karena malu dilihat makhluk lain tidak terlihat sholeh karena tidak shalat atau jika shalat kita tidak terlihat baik. Serta tidak lagi dalam shalat-shalat kita terganggu dengan hal-hal lain yang manari-nari dalam fikiran kita bahkan saat setelah takbir pertama? Sudah belum kita menutup aurat sebagaimana kita menutup aurat dalam shalat? Sudah belum kita tawadhu sebagaimana kita berusaha tawadhu dalam shalat, atau sudah belum kita mengagungkan Allah Swt sebagaimana kita lakukan itu dalam shalat? Atau sudah belum kita sadar sesadarnya bahwa shalat adalah waktu kita untuk menghadap Allah Swt, bahwa yang artinya Allah Swt ada dihadapan kita? Sudahkah kita merasa diperhatikanNya?

Secara keduniawian, sudahkah kita mencari rizki karena Allah? Sehingga pada saat kita sibuk bekerja kita tetap tidak lalai dengan perintah-perintahNya. Pada saat kita muamallah apapun bentuknya kita tidak bersenggolan dengan laranganNya. Sesibuk apapun kita, shalat tetap di awal waktu, shalat di masjid bagi yang laki-laki, dzikir sesudah shalat maupun saat bekerja, mengiringi kegiatan kita dengan mengingat yang diperintahkanNya dan yang dicontohkan RasulNya.

Dengan demikian, jika kita mampu menjalankan tugas kita sebagaimana sedikit penjabaran diatas, maka Allah Swt akan mematrikan sifat-sifat yang mulia pada diri kita. Sifat-sifat yang dicontohkan Rasulullah saw. Meninggikan derajat ketaqwaan kita. Kemudian memancarkan sifat itu keluar dari diri kita untuk menebar pada lingkungan sekitar dan orang-orang yang ada di sekeliling kita. Sehingga mudah berkasih-sayang dengan sesama umat maupun antar umat, menghormati yang lebih tua dan menyanyangi yang muda, serta tidak mudah terpancing emosi. Sehingga tercapailah kedamaian dan maksud bahwa Islam adalah rahmatan lil’alamiin.

Kita diwajibkan untuk belajar atau menuntut ilmu sebagaimana sabda Rasulullah saw; “Mununtut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim lelaki dan muslim wanita”. Mari kita belajar, mengutamakan belajar ilmu tentang hakekat keimanan dan keyakinan ini, sebelum ilmu-ilmu  yang lain. Bersihkan niat belajar kita karena Allah Swt, pada saat belajar mengingat bahwa Allah Swt lah yang berkehendak minitikkan ilmu yang kita pelajari itu terpatri dalam diri kita. Sehingga pada saat ilmu sudah sampai dalam diri kita, maka kitapun akan tetap ingat untuk mengamalkannya karena Allah Swt.

Demikian insyaAllah, semoga bermanfaat. Dan semoga Allah Swt menjadikan hambaNya yang masih sedikit belajar ini bagian dari hamba-hamba Allah Swt yang dimampukan untuk menuntut ilmu Allah Swt lebih luas lagi. Amin.

Wallahu a’alam bissawab.

Oh Tuhanku, Kau pimpinlah diri ini yang mendamba cintaMu
Aku lemah, aku jahil tanpa pimpinan dariMu
Kau pengasih Kau penyayang Kau pengampun
Kepada hamba-hambaMu
Selangkahku kepadaMu seribu langkah Kau padaku.
Tuhan diri ini tidak layak ke surgaMu
Tapi tidak pula aku sanggup ke nerakaMu
(Raihan)

Amalmeter Menjemput Jodoh



Bismillahirahmanirrahiim. Allahumma salli’ala sayyidina Muhammad…

Lika-liku kehidupan manusia akhir jaman ini sangat banyak macam dan runyamnya. Jauh lebih tenang kehidupan jaman dahulu, jaman nenek moyang. Jika diperhatikan, gaya hidup lebih tenang dan tentram dengan kesederhanaannya. Sehingga tidak banyak masalah yang terlalu vulgar dijadikan bahan obrolan.

Salah satu gaya hidup jaman sekarang yang membuat runyam tatanan kehidupan, terutama dari sisi keislaman, adalah meningkatnya lajang-lajang yang memperpanjang waktu lajang, alias tidak menyegerakan menikah. Padahal ini perintah Allah swt, padahal ini sunnah Rasulullah saw. Kehidupan yang terlalu mengikuti tren dan nafsu telah mengubah pola pikir, telah mengikis pelan-pelan gaya hidup islami. Sehingga berpakaian malu yang islami, keseharian malu yang islami, dan cara menutup masa lajang atau menikah juga malu dengan cara islami, alias menyegerakannya.

Bagi yang berusaha tetap islami, sebagian akhirnya kesulitan menjemput jodoh karena lingkungannya tidak mendukung. Tapi mudah-mudahan ini tidak memupuskan perjuangan, hingga Allah mempertemukan dengan jodoh terbaik yang Allah pilihkan. Penuhi keseharian dengan amalan-amalan baik yang mendukung upaya menjemput jodoh, diantara amalan yang harus diikhtiarkan ;

1.     Niat
Hal yang paling utama harus dimiliki adalah niat yang kuat untuk menjemput jodoh. Niatkan menikah karena Allah, niatkan menikah karena sunnah Rasulullah. Segala sesuatu yang diniatkan karena Allah, insyaAllah berkah. Sehingga tidak ada penyesalan hari kemudian. Buat target khusus kapan kira-kira harus sudah menikah. Bila perlu tuliskan targetnya pada secarik kertas dan tempel ditempat yang mudah dibaca. Sehingga mudah untuk memperbaiki niat bila sudah agak melenceng dari niat awal.

2.    Ikhtiar
Gumamkan dalam hati pada setiap langkah kita adalah berniat memjemput jodoh yang sudah Allah persiapkan, jodoh yang sudah Allah tetapkan yang terbaik, yang nantinya mampu saling mengisi kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Langkahkan kaki kita ke tempat-tempat yang baik. Jangan mencoba untuk melangkahkan kaki ke tempat yang Allah tidak sukai jika sedang memiliki niat ini. Karena laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik, dan laki-laki yang buruk adalah untuk wanita yang buruk. Dari sisi akhlak tentunya. Perbaiki diri kita, jika ingin mendapatkan yang baik. Perbagus iman kita jika ingin mendapatkan pasangan yang memiliki iman yang bagus.

3.    Do’a
Setiap ikhtiar wajib diiringi dengan doa. Karena Allah yang maha menetapkan segala sesuatu, maka kita sandarkan ikhtiar kita dengan penuh pengharapan agar terkabul dan Allah mudahkan segala urusannya. Upayakan untuk bermunajat setiap malam dengan memohon kepada Allah agar Allah pertemukan dengan jodoh yang baik. Baik untuk kehidupan pribadi, baik untuk kehidupan berkeluarga dan baik untuk agama. 

4.    Ta’aruf
Jika setelah ikhtiar dan berdoa kemudian Allah pertemukan atau dekatkan dengan seseorang, maka ta’aruflah atau berkenalanlah dengan cara yang baik. Hindari berkhalwat atau bertemu hanya berdua saja tanpa ada orang lain yang menemani. Jaga adab-adab berkenalan yang baik.

5.    Istikharah
Amalan terakhir agar mendapatkan pilihan yang terbaik adalah istikharah. Karena kata Nabi saw; “Tidak merugi orang yang musyawarah, tidak menyesal orang yang istikharah”. Dengan istikharah artinya kita menambatkan semua keputusan dan pilihan kepada Allah swt. Berjodoh atau tidak berjodoh adalah ketetapan Allah. Jika secara nafsu hati kita sudah ada kecenderungan suka, tapi takdir Allah bukan yang terbaik, maka pasti kita akan dijauhkan dari hal yang nafsu kita anggap baik itu. Caranya bisa dari hati kita sendiri, kecenderungannya Allah kurangi. Atau dari teman kita yang berpendapat lain. Atau Allah pertemukan dengan yang lebih cakep misalnya. Atau dari keluarga kita yang tidak setuju. Semua itu cara Allah memberikan jawaban istikharah kita, bahwa dia bukan jodoh yang baik. Namun jika baik menurut Allah, maka Allah tambahkan kecenderungan hati kita dan Allah mudahkan segala urusannya.

Selalulah tambatkan hati kita kepada Allah swt untuk segala urusan yang kita hadapi. Kita ini kecil dan tidak tahu apa-apa. Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat segala sesuatu baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi.

Pengertian Isim dan Ciri-cirinya

Isim   ( إسم )  adalah setiap kata yang menunjukkan kepada manusia, hewan, tumbuhan, benda mati, tempat, waktu, sifat atau makna-makna yang ...