Bismillahirahmanirrahiim..
Salawatku dari lubuk hati terdalam teruntuk Nabiullah tercinta, semoga
safaatmu menyertaiku selalu.
Tahunan kerja, tahunan ngabdi kepada makhluk, banting tulang dengan tugas-tugas
keduniaan. Harta benda masih
biasa-biasa saja, tempat duduk dari dulu juga tidak beda, cuma lebih besar sedikit. Meja lebih besar
sedikit. Pendapatan juga naik sedikit. Komputer malah lebih kecil, bisa
dibawa kemana-mana sich. Masih
santai juga bareng para angkoters lain dan supir plus keneknya dalam satu
kendaraan ke arah tempat kerja dan balik ke rumah. Mau makan di resto juga masih mikir panjang,
bukan apa2, mahalnya itu yang kadang bikin gak bisa nabung. Sayang kan, gak
bisa nabung cuma gara2 nafsu.
Jadi kalo ada yang bilang
“enak ya kamu udah sukses, udah hidup enak”, melihatnya darimana? Kalo ditanya
“tau darimana udah sukses?” “ya keliatan lach, hidupnya keliatan selalu seneng,
udah bisa bantu ini itu, gak keliatan punya masalah gitu”.
Hmm... masa sich…. mikir
mode: on.
Artinya kalau orang hidupnya udah kelihatan seneng dan terlihat gak punya
masalah itu akan dinilai sebagai sukses. Padahal setiap orang pasti akan punya
masalah. Besar kecil tetep judulnya masalah. Gak harus kelihatan punya uang
banyak atau mobil minimal 3 motor 5. Kalau punya segala tetep terdengar cerita
penderitaan, gak jadi kelihatan suksesnya. Yang ada “kasihan ya dia”. Lantas
bagaimana caranya supaya masalah-masalah itu tidak keliatan dan orang
lain menilai kita sebagai orang sukses?
Sukses itu tidak bisa hanya
dilihat dari lahirnya saja. Sukses juga harus dirasakan oleh batin. Karena
banyaknya harta tidak menjamin kesenangan dan kebahagiaan bagi pemiliknya.
Rumah megah dan harta berlimpah tapi setiap bulan dikerjar hutang, bukan sukses
namanya. Sukses itu kesenangan dan kebahagiaan lahir dan batin, tidak ada
pengganggu. Dan itu tidak bisa ditawar.
Jaman sekarang hampir setiap orang ingin jadi pembaca berita, tiap harinya cerita baru dan
lama bertebaran. Masalah-masalah yang seharusnya ditutupi malah
dijadikan bahan cerita bahkan olok-olok. Bagaimana coba masalah bisa tidak kelihatan. Banyak dari kita malah bangga dengan bercerita masalah-masalah yang sebetulnya aib, bahkan aib sendiri. Seakan
tidak sadar kalau sudah memperolok diri-sendiri. Na’uzubillah. Semoga Allah jadikan kita termasuk
golongan yang Allah tutupi aibnya. Amin.
Persoalan menutup aib atau menjaga supaya tidak terlihat punya masalah, sebetulnya adalah
persoalan sifat dan sikap kita sendiri. Bagaimana kita menyikapi masalah yang
kita hadapi. Sama halnya dengan kesuksesan yang sedang kita coba bahas,
tergantung dari sifat dan sikap kita yang kita miliki.
Sebagai se
orang muslim, Rasulullah
SAW adalah uswatun hasanah. Contoh
dan teladan terbaik kesuksekan. Bagi siapa saja yang mengenal sejarah beliau,
akan mengakui kesuksesan beliau yang
berhasil membawa kota mekah yang jahil menjadi kota penuh ilmu. Berhasil
membawa manusia dari kegelapan pada kehidupan yang terang. Kesuksesan beliau
dunia dan akhirat. Dan itu dijamin oleh Allah SWT. Sekarang bagaimana caranya
kita mencontoh sifat-sifat beliau, bagaimana caranya mencontoh untuk bisa sukses dunia maupun akhirat,
sukses lahir dan batin
seperti
beliau?. Kegelisahan untuk sukses ini seharusnya kita tanamkan dalam hati,
sebagaimana sahabat Nabi dulu berlomba-lomba untuk bisa sukses sebagaimana
suksesnya Nabi. Walaupun takkan mampu menyamai kesuksesan tersebut, tapi minimal kalau kita coba untuk terus mencontoh lama-lama
insyaAllah kita dapatkan sukses itu.
Rasulullah yakin akan la illaaha
illallah lahir dan batin, begitu juga para sahabatnya. Kita sudah yakin belum?
Kalau kita yakin bahwa kerja sumber kesuksesan, punya banyak uang berarti
sukses, berarti belum ada la illaaha illallah dalam hati kita. Kalau kita masih
yakin bahwa jika sakit solusinya ke dokter, masih gagal iman kita. Atau kalau
hujan turun karena cuaca, gagal pula iman kita.
Rizki datangnya dari Allah, sehat
dan sakit, kaya dan miskin kehendak Allah. Sampai hal terkecil yang tidak
terlihat mata bisa bergerak juga qadarallah. Itu semua ujian iman. Tergantung
kita mau menyikapi hal-hal yang terjadi di depan mata kita bahkan yang kita
alami sendiri seperti apa. Kembali kepada Allah atau makhluk? Sakit yang
diingat langsung dokter, punya masalah datang ke orang pintar, makhluk dan
makhluk saja yang masih ada di fikiran kita. Padahal Allah sudah jamin kalau
kita datang mohon ampunan kepada Allah, maka Allah ampuni, datang meminta
kepada Allah maka Allah akan beri. Ingatlah
Allah maka hati akan menjadi tenang. Baru mengingat saja sudah Allah
janjikan ketenangan, apalagi kalau kita betul-betul dekat sama Allah.
Uraian diatas adalah upaya
mendapatkan kesuksesan batin. Apabila kesuksesan batin sudah didapatkan, maka
kesuksesan lahir akan Allah penuhi.
Dan carilah pertolongan Allah
dengan sabar dan shalat. Rasulullah dan para sahabat menghadapi masalah dengan langsung
ambil wudhu dan shalat 2 rakaat. Maka pertolongan Allahpun menyertai mereka.
InsyaAllah, apabila kehidupan
kita sudah mampu mengikuti/mencontoh seperti kehidupan Nabi, maka kita akan
mendapat kesuksesan itu, lahir dan batin, dunia dan akhirat.