MENDIDIK ANAK SECARA SUNNAH
Mendidik anak secara sunnah dimulai dari sejak hendak menikah.
1. Tarbiyatunnikah
- Pebanyak doa, meminta jodoh yang sholih/sholihah, bahkan meminta keturunan yang sholih/sholihah, sebagaimana do'a dalam al Quran:
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
- Bertemunya tidak dengan pacaran, melainkan proses secara syar'i.
- Pernikahan dibuat secara sederhana dan sesuai kemampuan. Pernikahan tidak dibuat dengan cara yang tidak sesuai dengan sunnah. Diantaranya, dipisah dengan hijab antara tamu laki-laki dan wanita, mempelai wanita tidak duduk bersama dengan mempelai pria di pelaminan, dsb.
2. Tarbiyatul Junub
- Ketika malam pertama, hendaknya suami memegang keningnya, mengecupnya dan berdoa:
إِذَا تَزَوَّجَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً ، أَوِ اشْتَرَى خَادِمًا ، فَلْيَقُلْ : اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا ، وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
Mendidik anak secara sunnah dimulai dari sejak hendak menikah.
1. Tarbiyatunnikah
- Pebanyak doa, meminta jodoh yang sholih/sholihah, bahkan meminta keturunan yang sholih/sholihah, sebagaimana do'a dalam al Quran:
- Bertemunya tidak dengan pacaran, melainkan proses secara syar'i.
- Pernikahan dibuat secara sederhana dan sesuai kemampuan. Pernikahan tidak dibuat dengan cara yang tidak sesuai dengan sunnah. Diantaranya, dipisah dengan hijab antara tamu laki-laki dan wanita, mempelai wanita tidak duduk bersama dengan mempelai pria di pelaminan, dsb.
2. Tarbiyatul Junub
- Ketika malam pertama, hendaknya suami memegang keningnya, mengecupnya dan berdoa:
إِذَا تَزَوَّجَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً ، أَوِ اشْتَرَى خَادِمًا ، فَلْيَقُلْ : اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا ، وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
Artinya: “Apabila salah seorang di antara kalian menikahi seorang wanita atau membeli seorang pembantu (hamba), peganglah terlebih dahulu keningnya, sebutlah nama Allah dan berdoalah untuk keberkahan serata ucapkanlah doa berikut ini: “Allahumma inni as’aluka min khairiha wa khairi ma jabaltuha ‘alaih, wa a’udzubika min syarriha wa syarri ma fiha wa syarri ma jabaltuha ‘alaih (Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada mu kebaikannya (isteri) dan kebaikan apa yang saya ambil dari padanya, serta aku berlindung kepadaMu dari kejahatannya dan kejahatan apa yang ada di dalamnya juga dari kejahatan dari apa yang aku ambil daripadanya” (HR. Abu Dawud, Nasai dan Ibn Majah).
- Sholat sunnah 2 raka'at bersama istri (malam pertama)
- Berdoa saat hendak menggauli istri (malam pertama dan setiap hendak menggauli)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : أَمَا إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنِى الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا ثُمَّ رُزِقَ أَوْ قُضِىَ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ
Artinya: “Ibnu Abbas berkata, Rasulullah -sholallahu ‘alaihi wasallam- bersabda: “Apabila seseorang membaca doa berikut ini sebelum menggauli isterinya: “bismillah allahumma jannibnis syaithan wa jannibis syaithan ma razaqtana” (Dengan menyebut nama Allah, ya Allah, jauhkanlah syetan dari saya, dan jauhkanlah ia dari apa yang akan Eukau rizkikan kepada kami (anak, keturunan), kemudian dari hubungan tersebut ditakdirkan menghasilkan seorang anak, maka ia tidak akan diganggu oleh setan selamanya” (HR. Bukhari Muslim).
3. Tarbiyatul Janin
- Niatkan bayi dalam kandungan kelak untuk berkhidmat pada agama
(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
- Perbanyak melantunkan al-Quran.
Bayi dalam kandungan dapat merekam bacaan quran kedua orang tuanya.
4. Tarbiyatul Wiladah
- Proses lahir dengan dokter/bidan wanita, bukan laki-laki
- Perdengarkan lafaz Allah sejak bayi
- Hari ke-7 di aqikah, dipotong rambutnya, dan diberi nama yang baik
- Rambutnya ditimbang, kemudian sedekah emas/perak seberat rambut bayi
- Men- Tahniq nya mengunyahkan kurma, lalu mengoleskan ke mulut bayi).Sebaiknya yang melakukan adalah orang sholeh yang memiliki keutamaan.
Sebagaimana dalam riwayat hadits:Dari Asma binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika ia sedang mengandung Abdullah bin Az-Zubair di Makkah, ia berkata, “Aku keluar dalam keadaan hamil menuju kota Madinah. Dalam perjalanan aku singggah di Quba dan di sana aku melahirkan. Kemudian aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meletakkan anakku di pangkuan beliau. Beliau meminta kurma lalu mengunyahnya dan meludahkannya ke mulut bayi itu, maka yang pertama kali masuk ke kerongkongannya adalah ludah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu beliau mentahniknya dengan kurma dan mendo’akan barakah baginya. Lalu Allah memberikan barakah kepadanya (bayi tersebut).” [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (5469 Fathul Bari), Muslim (2146, 2148 Nawawi), Ahmad (6247) dan At-Tirmidzi (3826)]
Dalam Ash-Shahihain -Shahih Bukhari dan Muslim- dari Abu Musa Al-Asy’ariy, “Anakku lahir, lalu aku membawa dan mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu beliau shallallaahu alaihi wasallam memberinya nama Ibrahim dan kemudian men-tahnik-nya dengan kurma.” dalam riwayat Imam Bukhari ada tambahan: “maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakan kebaikan dan memdoakan keberkahan baginya, lalu menyerahkan kembali kepadaku.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Burdah dari Abu Musa, dia berkata,
وُلِدَ لِى غُلاَمٌ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ وَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ
“Pernah dikaruniakan kepadaku seorang anak laki-laki, lalu aku membawanya ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah kurma.”[Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (5467 Fathul Bari) Muslim (2145 Nawawi), Ahmad (4/399), Al-Baihaqi dalam Al-Kubra (9/305) dan Asy-Syu’ab karya beliau (8621, 8622)]
Al-Bukhari menambahkan, “Dan beliau mendo’akan keberkahan baginya seraya menyerahkannya kembali kepadaku.” Dan dia adalah anak tertua Abu Musa radhiyallahu ‘anhu.
5. Tarbiyatul Aqli
- Biasakan mengenalkan alam semesta merupakan penciptaan Allah
- Bila anak meminta sesuatu, ajarkan sholat 2 rakaat dan minta kepada Allah terlebih dahulu
- Bila memberi sesuatu, pahamkan hakikatnya dari Allah, sehingga tumbuh keyakinan dalam diri anak, bahwa pemberi rezeki adalah Allah.
6. Tarbiyatul Jism
- Membiasakan tutup aurat sejak kecil. Begitupun orangtua, berpakaian yang pantas bila didalam rumah, karena akan dicontoh oleh anak anaknya.
- Anak usia 7 tahun, dipisahkan tidurnya, antara putra dan putri
- Biasakan kalau bermain di luar, menggunakan pakaian muslim / muslimah
7. Tarbiyatuddiin
- Usia 7 tahun, mulai diajarkan sholat
- Usia 10 tahun, bila tidak mengerjakan sholat, hendaknya dipukul dengan pukulan mendidik, dengan niat agar anak takut kepada Allah
- Dikenalkan baca quran, dan bila belajar di luar, dicarikan guru dan lingkungan yang baik
- Ajarkan semua perintah Allah, dan dilatih mengamalkannya, seperti puasa, bersedekah, berakhlaq yg baik, berkhidmat (mengerjakan pekerjaan rumah).
- Bantu anak berbakti kepada orang tua, dengan cara
1. menerima usahanya walaupun kecil
2. memaafkan kekeliruannya
3. tidak membebaninya dengan beban yang berat
4. tidak memarahinya dengan ucapan yang melukai hatinya
- Bila hendak menegur, hendaknya di tempat yang tersendiri, tidak dihadapan saudaranya yang bisa menjatuhkan mentalnya
- Terus berupaya mengarahkan dan mengawasi hidupnya sesuai dengan jalan agama
- Bila sudah dewasa dan masanya menikah, maka orang tua lah yang mencarikan jodoh yang baik dan sekufu dengan anaknya. - Ajarkan semua perintah Allah, dan dilatih mengamalkannya, seperti puasa, bersedekah, berakhlaq yg baik, berkhidmat (mengerjakan pekerjaan rumah).
- Bantu anak berbakti kepada orang tua, dengan cara
1. menerima usahanya walaupun kecil
2. memaafkan kekeliruannya
3. tidak membebaninya dengan beban yang berat
4. tidak memarahinya dengan ucapan yang melukai hatinya
- Bila hendak menegur, hendaknya di tempat yang tersendiri, tidak dihadapan saudaranya yang bisa menjatuhkan mentalnya
- Terus berupaya mengarahkan dan mengawasi hidupnya sesuai dengan jalan agama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar